Seniman Swiss Membuat Potret Realistis dari 20.000 Filter Rokok

Jinks Kunst, seorang seniman jalanan Swiss dikenal karena karya-karya seni nya stensil, telah menciptakan sebuahpotret penyanyi legendaris Prancis Serge Gainsbourg, dari lebih dari 20.000 filter rokok. Hari ini, Perancis merayakan dua puluh tahun sejak kematian salah satu seniman terbesar yang pernah ada, penyanyidan penulis lagu Serge Gainsbourg. Di Paris, kota tempat ia dilahirkan dan di mana ia meninggal, senimanmenampilkan serangkaian foto Gainsbourg yang tidak dipublikasikan, tetapi Kunst ingin membuat sesuatu yang benar-benar khusus untuk kesempatan ini.

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/seniman-swiss-membuat-potret-realistis-dari-20-000-filter-rokok/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Seniman Swiss Membuat Potret Realistis dari 20.000 Filter Rokok

Dumbledore Membuka Academy Penyihir Pertama di Dunia

Penyihir Oberon Zell-Ravenheart memutuskan dibutuhkan dunia nyata adalah sekolah sihir Hogwarts, jadi dia mendirikan Grey School of Wizardry - akademi sihir pertama di dunia yang terdaftar.

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/dumbledore-membuka-academy-penyihir-pertama-di-dunia/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Dumbledore Membuka Academy Penyihir Pertama di Dunia

Koki Membangun Replika Dapurnya Terbuat Dari Coklat Dan Gula

Master pastry chef Alain Roby telah membangun replika dapur rumahnya di Jenewa, seluruhnya terbuat dari 2.000 pon coklat dan gula. Alain Roby, pria yang sebelumnya membangun sebuah pencakar langit cokelat 20-kaki dan pohon Natal 22-kaki yang terbuat dari coklat, mulai bekerja pada replika yang unik tahun lalu, ketika ia menerima sumbangan dari Callebaut chocolaterie coklat Belgia. Dia mulai dengan melelehkan cokelat ke dalam cetakan ia rancang sendiri, dan menghubungkan bagian menggunakan coklat.

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/koki-membangun-replika-dapurnya-terbuat-dari-coklat-dan-gula/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Koki Membangun Replika Dapurnya Terbuat Dari Coklat Dan Gula

JERITAN HATI SOFFI


Perkenalkan namaku Soffi. Aku
adalah seorang wanita berusia 27
tahun yang berstatus janda
beranak 1. Dalam keseharianku, aku
selalu mengenakan jilbab. Walaupun
jilbab yang aku kenakan bukan
tergolong jilbab akhwat, akan
tetapi, dalam berpakaian aku sudah
cukup sopan. Jilbabku menjulur
menutupi setengah dadaku. Aku
selalu mengenakan baju kurung
longgar dengan bawahan rok
semata kaki. Kedua kakiku
senantiasa terbalut oleh kaus kaki.
Aku telah menjanda sejak 3 tahun
yang lalu, akibat konflik yang tidak
terselesaikan dengan mantan
suamiku. Setelah usia pernikahan
kami menginjak 1 tahun, mantan
suamiku mulai menunjukkan watak
aslinya. Ia mulai suka bermain
tangan ketika marah. Begitu pula, ia
tidak pernah memberiku nafkah,
karena dia seorang pengangguran.
Secara umum, ia bukan laki-laki
yang bertanggung jawab. Pada
akhirnya, ia pun menceraikanku,
setelah berselingkuh dengan wanita
lain. Pada saat itu aku sedang
mengandung anak hasil perkawinanku
dengannya. Kekalutan yang kualami
akibat perceraian itu membuatku
mengalami depresi selama beberapa
bulan, hingga akhirnya aku
menyadari bahwa aku harus bangkit.
Perlahan-lahan akupun mulai bangkit,
dan melupakan perceraian tragis
yang menimpa diriku. Aku ingat,
bahwa aku harus menghidupi anakku.
Akupun pun bekerja pada sebuah
biro konsultasi psikologi, mengingat
aku adalah sarjana psikologi. Bisa
dikatakan, penghasilanku hanya pas-
pasan untuk menghidupi diriku dan
anakku. Pada saat ini, anakku yang
berusia 4 tahun kutitipkan pada
neneknya di kota Yogyakarta.
Sedangkan aku sendiri bekerja di
kota Semarang, sebuah kota di
Jawa Tengah. Di kota tersebut aku
tinggal di kamar kost sederhana.
Setiap akhir pekan aku mengunjungi
anakku di rumah neneknya.Banyak
pria yang mengatakan bahwa aku
memiliki wajah yang cantik dan
keibuan. Dengan balutan jilbab yang
selalu ku kenakan, aku menjadi
nampak anggun di mata para pria.
Di samping itu, tak ada tanda-tanda
bahwa aku adalah seorang ibu
beranak satu. Banyak yang
mengagnggap aku masih gadis. Tinggi
badanku adalah 165 cm. Ukuran
payudaraku tidaklah besar, hanya
32B, akan tetapi, pantatku bulat,
padat dan membusung. Walaupun
sudah beranak 1, aku memiliki perut
yang datar. Hal ini tercapai karena
aku memang rajin berolah raga. Tak
heran, meskipun statusku janda
beranak 1, masih banyak pria yang
mengharap cinta dariku. Akan
tetapi, pada saat itu, aku belum
berfikir untuk menjalin hubungan
yang serius dengan seorang priapun.
Hal ini disebabkan karena masih ada
sisa-sisa trauma akibat perceraian
yang menyakitkan tersebut. Aku
memiliki pandangan bahwa semua
pria adalah pendusta. Untuk apa aku
menikah lagi kalau hanya untuk
bercerai lagi. Sudahlah… aku sudah
merasa hidup bahagia sebagai single
parent.
Tak dapat kupungkiri bahwa aku
merindukan pelukan pria. Tentu saja,
karena aku pernah merasakan
manisnya seks, maka akupun
seringkali merindukannya. Hingga
saat ini, aku masih kuat untuk
menahan hasrat itu, sehingga aku
tidak terjerumus dalam seks bebas.
Di samping dalam rangka menjaga
norma dan keyakinan yang aku anut,
aku juga harus menjaga imejku
sebagai seorang wanita berjilbab
yang selalu berpakaian rapih dan
sopan. Sejujurnya, aku seringkali
bermasturbasi untuk mengurangi
hasrat seksku tersebut. Herannya,
semakin sering ku bermasturbasi,
keinginanku untuk disetubuhi oleh
pria justru semakin menggebu-gebu.
Masturbasi hanya mengurangi
hasratku untuk sementara, hanya
pemuasan kebutuhan biologis
semata, namun kepuasan psikologis
tidaklah aku dapatkan. Adapun alat
yang sering ku pakai untuk
bermasturbasi adalah buah
mentimun. Uhhh… sungguh
beruntungnya buah mentimun itu.
Sementara para pria yang
mengharap cinta padaku saja belum
ada yang berhasil menikmati jepitan
lubang di pangkal pahaku, tapi buah
mentimun silih berganti telah
menyodok berkali-kali. Terkadang
diam-diam aku melakukan
masturbasi sambil menonton film
porno di komputerku ketika di kost
sendirian.
Dengan status jandaku, tentu saja
ada beberapa pria yang menganggap
diriku adalah perempuan gampangan,
yang butuh dibelai. Dengan demikian,
ada beberapa pria yang sering
melakukan perilaku yang menjurus
pada pelecehan seks, dari verbal
hingga pada sentuhan fisik. Salah
satunya adalah bosku, seorang Cina,
yang sekaligus pemilik dari biro
konsultasi tempatku bekerja. Dengan
pura-pura tidak sengaja, ia
terkadang meremas pantatku atau
tetekku. Aku sebenarnya risih
dengan hal itu, dan tidak krasan
untuk bekerja di situ. Ia seakan
tidak peduli bahwa aku adalah
seorang wanita berjilbab yang selalu
sopan dalam berpakaian dan
berperilaku. Ia bahkan pernah
menempelkan penisnya di belahan
pantatku ketika aku sedang
membungkuk, karena membetulkan
mesin printer di kantor. Aku
terkejut, karena di sela-sela
pantatku terasa ada batang keras
yang menekan. Aku pun lalu segera
menghindar. Aku tidak bisa marah
padanya, karena aku masih berharap
untuk bisa bekerja di biro miliknya
tersebut. Aku hanya menampilkan
ekspresi muka tidak suka, sambil
pipiku memerah karena malu. Ia
hanya tersenyum mesum sambil
pergi berlalu. Ia nampak paham
sekali bahwa aku memang sedang
butuh untuk terus bekerja di
bironya.
Sungguh aku sangat benci dan jijik
dengan perilaku bosku tersebut.
Bosku tersebut seorang pria Cina
berusia 40 tahunan. Ia telah
berkeluarga, dan keluarganya tinggal
di luar Jawa. Namanya Pak Tan. Ia
memiliki tinggi 160 cm, dengan badan
yang agak gemuk perut yang buncit.
Ia nampak gempal.
Pada suatu hari, aku menerima
kabar dari ibuku yang tinggal di
kota Yogyakarta, bahwa anakku
sakit keras, hingga harus opname.
Bahkan dokter menyatakan bahwa
anakku harus dioperasi secapatnya,
kalau tidak, bisa fatal. Untuk biaya
operasi tersebut butuh uang
sebanyak lima juta rupah. Orang
tuaku menyatakan bahwa mereka
telah kehabisan dana untuk biaya
pengobatan anakku. Sementara, aku
sendiri sudah kehabisan uang karena
kini sudah tanggal tua. Uang hanya
cukup untuk menyambung hidup
beberapa hari. Aku pun bingung,
harus mendapatkan uang darimana
lagi. Masih banyak hutangku pada
kawan-kawanku, sehingga aku segan
untuk berhutang lagi pada mereka.
Satu-satunya yang bisa aku lakukan
adalah mengeluh pada Pak Tan. Tapi
aku merasa ngeri, karena itu
berarti memberinya kesempatan
untuk melecehkanku secara seksual.
Aku pun menjadi ragu. Akan tetapi,
karena aku sudah sangat panik,
akhirnya aku beranikan diri untuk
mengungkapkan hal itu pada Pak
Tan. Dengan perasaan tidak karuan,
aku memberanikan diri untuk
menuju ruang Pak Tan. Saat itu,
aku mengenakan jilbab warna pink
sepanjang lengan, dengan baju
kurung yang sewarna, serta rok
panjang hitam dari bahan kain yang
lemas. Dengan demikian, celana
dalamku agak tercetak di
permukaan luar rokku.
Tok… tok.. tok.. tok… suara ketukanku
di kamar kerja Pak Tan.
"Masuk" aku dengar suara pak Tan
berseru dari dalam ruangan.
Aku pun membuka pintu. Pak Tan
yang sedang duduk di belakang meja
kerjanya menatapku dengan tatapan
mesumnya, yang seolah menelanjangi
tubuhku.
"Silahkan duduk", katanya
mempersilahkanku untuk duduk.
"Ada apa cah ayu?" dia bertanya
padaku dengan nada menggoda.
Sambil menunduk, akupun
mengatakan keperluanku pada pak
Tan sambil terbata-bata.
"Mmmaaaff Pak, anak saya sedang
sakitt kerass…"
Keringat dinginku mulai mengucur….
"Terus???" Pak Tan bertanya dengan
nada sedikit ketus.
"Mmaksud saya, saya mau pinjam
uang sama bapak. Untuk pengobatan
anak saya. Saya sudah tidak ada
uang."
Ketika aku berkata seperti itu, pak
Tan hanya mengangguk-amgguk
dengan tatapan melecehkan.
"Sofiii, dengan berat hati saya
katakan ke kamu, kalo saya tidak
ada uang yang bisa saya pinjamkan
ke kamu…?"
"Tolonglah saya pak, anak saya
sakit.. berikan saya lima juta rupiah
saja… nanti bisa dipotong gaji saya"
kataku menghiba.
Air mataku mulai mengalir dari
sudut-sudut mataku.
"Kamu tau kan, biro ini sedang
kekurangan modal", kata pak Tan
dengan datar dan tenang.
"Jumlah klien kita semakin sedikit,
makanya pemasukan ke biro juga
sedikit.."
"Ya sudahlah, aku bisa usahakan uang
itu" kata pak Tan.
Kemudian ia membuka laci mejanya
dan mengeluarkan beberapa gepok
uang 50ribu rupiahan. Ia pun
memberikanya padaku. Setelah
dihitung, ia telah memberikan uang
padaku sebanyak 6juta rupiah, lebih
banyak dari harapanku.
Pak Tan berkata, Uang itu boleh
kamu pinjam dulu. Kamu nggak usah
mikirin ntar gimana
mengembalikannya.
"Udah, cepet, kamu bawa pulang…
kamu tunggu anak kamu sampe
operasinya selesai… kamu boleh libur…"
Dengan perasaan senang dan rasa
terima kasih yang tidak terkira,
aku pun berpamitan dengan pak Tan
dengan menyalami tangannya..
Aku pun bersyukur, operasi anakku
berjalan dengan lancar. Setelah itu,
aku kembali bekerja di kantor Pak
Tan. Semenjak itu, Pak Tan semakin
menjadi-jadi dalam melecehkanku
secara seksual. Karena hutang
budiku padanya, aku pun tak bisa
berbuat apapun selain pasrah
dengan perlakuan Pak Tan. Setiap
kali berpapasan denganku, ia tak
akan membiarkan pantatku lolos
dari jamahannya. Seringkali, ia
mengejutkanku dari belakang dengan
cara meremas pantatku. Aku hanya
bisa menjerit kecil. Semakin lama
iapun semakin berani untuk
menjamah tubuhku yang lain.
Payudaraku dan pangkal pahaku
pernah diremasnya. Yang aku heran,
dia tetap paling suka meremas
pantatku, walaupun ia sesungguhnya
dapat dengan bebas untuk
menjamahi payudara dan pangkal
pahaku. Ketika aku sedang berdiri di
dekatnya, ia mengajakku ngobrol
sambil jarinya menelusuri belahan
pantatnya.
Dengan perasaan malu aku ingin
menghindari setiap perlakuannya,
namun ku tak berdaya. Sungguh, aku
merasa menjadi seorang perempuan
murahan yang bisa dinikmati oleh
pria Cina itu demi sejumlah uang.
Sungguh kontras dengan
penampilanku yang selalu berjilbab
sopan ini.
Suatu ketika, seorang pesuruh
kantor bernama Pak Tatang
memberitahuku bahwa pak Tan
memanggilku untuk datang ke
ruangannya.
"Mbak, Pak Tan manggil mbak ke
ruangnya"
"Huh… ada apa lagi nih??" tanyaku
dalam hati. Pelecehan apa lagi yang
kan aku terima? gumamku.
"Mhhh…. iya pak… Nanti saya ke sana…
"Cepet ya mbak, Pak Tan minta
mbak datang cepet…." kata pak
Tatang sambil berlalu.
"Iya… iya Pak Tatang" kataku sambil
tersenyum pada Pak Tatang..
Hari itu aku mengenakan jilbab
warna krem yan menutupi dua
bukit mungilku, dengan baju kurung
dan rok panjang. Dengan gontai dan
perasaan yang tidak tenang akupun
datang ke ruang Pak Tan.
Tok… tok… tok ku ketuk pintu ruang
Pak Tan.
"Masuk" terdengar teriakan Pak Tan
dari dalam ruangan.
Aku pun masuk, dan Pak Tan
mempersilahkanku duduk. Dengan
senyum jahat tersungging di
bibrnya, ia menatapku dengan
pandangan nafsu. Aku hanya
menunduk dengan muka yang malu
bercampur cemas.
"Mhhhhh, begini Soffi…., saya cuma
mau informasikan ke kamu, kalau
hutang kamu ke kantor sudah jatuh
tempo. Kantor butuh uang itu
segera. Kamu bilang mau angsur
hutang kamu, tapi sampai sekarang,
sudah tiga bulan, kamu sama sekali
belum angsur. Saya udah kasih kamu
keringanan looo…." Pak Tan berkata
dengan nada serius.
Jantungku berdetak keras,
memompa darahku cepat sekali.
Wah, celaka… pikirku.. Aku jelas tidak
mampu untuk membayar hutangku.
Bahkan untuk mengangsur pun aku
tidak mampu. Kini hutang itu telah
ditagih. Ohhhh… betapa malang
nasibku, jeritku di hati.
"Mhhhh…. mmaaf pak, saya belum
mampu membayarnya…" jawabku
terbata-bata.
"Kebutuhan saya banyak sekali, dan
uang gaji saya saja tidak cukup"
Tak terasa, air mataku mulai
meleleh.
"Iya, saya tau… tapi masalahnya,
kantor ini juga butuh biaya. Kan
sudah aku bilang, kalau biro ini lagi
seret. Klien kita semakin sedikit?"
suara Pak Tan mulai meninggi.
Air mataku pun semakin deras
mengalir. Tak sadar aku mulai
sesenggukan. Dengan ujung jilbabku
aku usap air mataku. Pak Tan
masih nampak cuek, sambil sesekali
melirikku. Sorot matanya
menunjukkan kelicikan.
"Hmmmmm… apapun kamu harus
membayar hutang kamu…. Atau kita
selesaikan saja secara hukum??"
ancam Pak Tan.
Aku semakin panik dengan ancaman
itu…
"Ssaya mohon jangan pak. Saya pasti
akan bayar. Saya masih punya anak
pak…." kataku tersedu-sedu.
"Trus, kamu mau bayar pake apa?
Kamu bilang nggak punya uang?"
"Beri saya waktu barang satu
minggu, saya bisa usahakan" jawabku
putus asa.
Satu minggu pun aku tidak yakin
akan mendapatkan uang sejumlah
itu.
"Wah… wah… aku meragukan kamu
bakalan sanggup membayar. Paling
hanya menunda waktu. Gak ada
gunanya. Saya nggak akan kasi
keringanan lagi"
"Sssayaaa mohon pakkk" aku
berusaha menahan tangisku agar
tak semakin keras.
"Mhhhhh… baik… baik…. Aku bisa kasih
kamu solusi. Supaya kamu bisa
lunasin utang kamu"
Aku agak lega mendengar ucapan
Pak Tan. Aku memandanginya dengan
pandangan bertanya.
"Mhhhhh… boleh tau apa solusinya
pak?" ungkapku.
"Kamu bisa bayar hutangmu dengan
tubuh molek kamu itu" kata pak Tan
sambil melirik padaku dengan sorot
mata birahi.
Bagai disambar petir, aku terkejut
mendengar ucapan Pak Tan. Aku
kehabisan kata-kata.
"Nggak, nggak mau" jawabku sambil
menangis.
"Kamu bisa apa….? Kalo kamu nggak
bayar sekarang, ya diselesaikan
lewat hukum. Aku akan laporkan
kamu ke polisi" ancam pak Tan.
Dia sungguh lihai mempermainkan
perasaanku. Aku merasa semakin
putus asa. Aku hanya bisa menangis.
Tangisku yang tertahan pun mulai
keluar juga. Namun Pak Tan tetap
tak peduli. Aku hanya tertunduk
sambil menangis. Air mataku telah
basahi jilbabku.
"Hehehe… lagian, kamu kan sudah lama
jadi janda. Masa sih, ga kangen
sama kontol? Kamu puas, hutangmu
lunas… Tawaran menarik kan? goda
pak Tan.
"Kamu tinggal ngangkang aja, biar
memekmu disodok pake kontol-
kontol lelaki birahi. Dengan tubuh
kaya kamu, gak sulit kok kamu
dapet duit banyak. heheheh…. Apalagi
yang jilbaban kaya kamu, pasti
banyak peminatnya."
Tanpa ku sadar, pak Tan telah
berdiri di sampingku, dan tanpa
basa-basi, ia pun menarik tanganku
hingga aku berdiri. Aku ingin menolak
dan lari, namun aku sadar bahwa
aku tidak lagi punya kuasa. Bahkan
pada diriku sendiri. Kini aku telah
dikuasai oleh pak Tan. Aku hanya
pasrah ketika ia menarik tubuhku
hingga berdiri.
Dengan penuh birahi, pak Tan
menariku ke dalam pelukannya.
Dengan rakus pak Tan melumat
mulutku dengan mulutnya.
Tangannya menjamahi dua
payudaraku yang masih tertutup
jilbab itu. Kurasakan perut buncit
pak Tan menekan tubuhku.
"Mhhhh….. mphhhhhh…." aku berusaha
meronta, menghindari ciuman pak
Tan.
Namun mulutnya terus mengejar
mulutku. Dengan kasar dibaliknya
tubuhku hingga aku
membelakanginya. Lalu ditekannya
tubuhku hingga perutku menempel di
tepi mejanya. Tanganku berpegangan
pada meja agar menopang badanku.
Kini aku dalam posisi agak
membungkuk, dengan pantat yang
membusung kearah pak Tan. Kini
pantatku begitu bebas untuk
dijamahinya. Dengan kasar ia
meremas pantatku. Aku merasakan
ada sesuatu yang mengganjal di
pantatku.
Ohhh, ternyata itu adalah penis pak
Tan yang sudah menegang dan
mengeras.
Sambil menggesek-gesekkan penisnya
di pantatku, salah satu tangan pak
Tan juga meremasi bongkahan
pantatku yang montok dan padat
itu, sedang tangan yang lain kini
telah mencengkram salah satu
payudaraku yang masih tertutup
jilbab. Jilbab itu menjadi kusut
akibat remasan tangan pak Tan.
Aku merasakan bahwa tangan pak
Tan telah mulai menyusup masuk ke
balik jilbabku yang menutup dadaku.
Ia meremasi payudaraku dari balik
baju kurungku.
"Mhhhh…. ahhhh…. ohhhhh…." jeritan-
jeritan kecil terlontar dari mulutku
ketika pak Tan menyentil ujung
payudaraku dengan keras,
sementara penisnya yang masih
berada di dalam celana itu menekan
pantatku ke depan.
Tangan yang satunya kini telah
meremas-remas pangkal pahaku.
Mulut pak Tan dengan rakus
menggigit leherku yang masih
tertutup jilbab warna krem itu,
hingga nampak basah bekas gigitan.
Kepalaku yang tertutup jilbab krem
itu hanya bisa menggeleng-geleng,
dan terkadang menengadah ke atas,
setiap kali pak Tan menyodokkan
penisnya ke pantatku.
Kini tangan pak Tan mulai menarik
ritsleting baju kurungku yang ada di
punggungku. Dengan trampil
tangannya menurunkan baju bagian
atas baju kurung itu, dan
menyampirkan jilbabku ke pundak.
Kini pundak dan punggung putihku
pun terbuka. Tak lama kemudian,
aku merasa bahwa pengait braku di
bagian belakang telah terbuka.
Secara umum, bagian atas tubuhku
telah setengah terbuka, dan dua
payudaraku yang tak seberapa
besar itu menggelantung di atas
meja. Dengan rakus pak Tan
menciumi dan menjilati punggungku,
hingga basah oleh liurnya. Kedua
tangan pak Tan pun tak henti-
hentinya meremas dan memilin dua
putting mungilku yang berwarna
coklat muda itu.
"Ahhhhhhh….. udahhh… lama aku
menunggu saat ini…" bisik pak Tan di
telingaku yang tertutup jilbab itu.
"Mhhhh… ohhhhh…. mhhhhhh….." desahku.
Walaupun aku telah lama tidak
menikmati sentuhan pria. Sungguh,
aku tetap tidak bisa menikmati
perlakuan pak Tan itu. Aku justru
merasa terhina, karena penis
seorang pria yang bukan suamiku
kini sedang menggesek-gesek
pantatku yang masih tertutup rok
itu. Selama ini hanyalah mantan
suamiku yang pernah menikmati
bibirku, menghisap dua putingku
yang sedang mengeras, dan
menyodokkan penisnya di lubang
surgaku yang basah.
Saat ini, seorang pria yang bukan
suamiku dengan bebas dapat
menikmati pantatku, dan tangannya
dengan bebas memilin dan meremas
puting payudaraku. Ohhh, betapa
malang nasibku..
Aku dengar suara ritsleting celana
pak Tan. Tak lama kemudian pak
Tan pun membalikkan tubuhku
hingga posisiku berhadapan
dengannya. Terlihatlah pemandangan
yang membuatku takjub. Penis pak
Tan yang menjulang sepanjang 17
cm. Jauh lebih besar daripada milik
mantan suamiku. Dengan rakus pak
Tan pun menghisap putting
payudara kiriku, sementara tangan
satunya memilin dan meremas
payudaraku yang kanan. Terasa
gigitannya pada payudaraku, yang
kemudian disentakannya hingga aku
menjerit.
"Aahhhhhhhhh".
Pantatku kini bersandar pada tepi
meja, dengan posisi tangan menekan
meja di belakang tubuhku.
"Mhhh… ahhhhh…." jeritan dan rintihan
yang keluar dari mulutku semakin
membakar birahi pak Tan.
Pak Tan seringkali menyampirkan
kembali ujung jilbabku yang turun
hingga menutupi dadaku ke
pundakku. Pak Tan pun kemudian
mengangkat rokku keatas.
Nampaklah dua kaki dan paha
mulusku telanjang, dan secarik kain
celana dalam di pangkalnya. Salah
satu tangan pak Tan memegangi
ujung rok ku agar tak turun,
sementara tangan lain melebarkan
dua pahaku, hingga pangkalnya yang
masih terutup celana dalam itu
semakin menganga. Kurasakan benda
keras mulai menyusuri belahan
kemaluanku. Salah satu tangan pak
Tan menuntun benda keras itu agar
menggesek-gesek dengan belahan
vaginaku yang tertutup celana
dalam itu.
"Ohhhhh…." walau aku berusaha
mengingkarinya, tak dapat
kupungkiri bahwa sensasi gatal di
vaginaku mulai kurasakan.
Aku pun mulai merasa lemas dan
birahi. Aku berada dalam dilema. Aku
dipaksa untuk menikmati perlakuan
pak Tan, walaupun sesungguhnya
aku enggan. Tangan pak Tan pun
mulai mencari-cari ritsleting rokku,
dan segera melepasnya. Kini bagian
bawahku telah benar-benar
telanjang, hanya celana dalam
putihku yang masih melindungi
lubang kehormatanku. Sedangkan
kepalaku dibiarkanya tetap berjilbab,
dan payudaraku telah menggelantung
indah dengan bekas gigitan dan
basah air liur pak Tan.
Dengan kasar pak Tan menarik
jilbabku hingga aku terjatuh dalam
keadaan bersimpuh. Dihadapanku kini
sebatang penis pak Tan yang
tegang dan mengeras itu. Sambil
mengarahkan kepalaku dengan
tangannya keaarah penisnya, pak
Tan mengatakan
"Ayo… kulum kontol bapak…!!!"
Dengan perasaan jijik, akupun
memenuhi permintaannya. Kepalaku
yang tertutup jilbab itu nampak
maju mundur. Sementara
payudaraku tengah bebas
menggelantung, dan bagian bawahku
telah telanjang, hanya celana dalam
yang tersisa.
"Mmphhhhh… mhhhhh…" lenguhku saat
penis pak Tan menerobos mulutku.
Pak Tan menyuruhku menjilati ujung
penisnya hingga lubang kontolnya.
Uhhhh…. aku merasa ingin muntah.
Mulutku pun penuh oleh penisnya.
Tak satu jengkalpun bagian penisnya
yang tidak berkesempatan
menikmati pelayanan bibir dan
lidahku. Bahkan testisnyapun turut
aku jilati. Dengan perasaan muak,
aku terpaksa melakukan hal itu.
Setelah puas, pak Tan memintaku
berdiri. Dengan kasar ia
mencengkram pantatku yang masih
tertutup celana dalam itu, dan
menariknya hingga posisiku
membelakanginya. Ia menarik turun
celana dalamku, hingga kini tak ada
lagi yang melindungi lubang
kehormatanku. Pak Tan pun
berlutut di belakangku. Kini ia
menguakkan bongkahan pantatku
lebar-lebar. Kini, lubang anus dan
kemaluanku telah mengarah tepat di
depan wajahnya.
Tiba-tiba aku merasakan sensasi
hangat di permukaan anusku.
Ternyata Pak Tan telah menjilati
anusku. Sensasi geli kurasakan
menjalar dari anus ke seluruh
badan. Tubuhku terasa lemas setiap
kali lidah pak Tan menyentuh
permukaan anusku. Aku heran, dia
tidak merasa jijik. Setelah ia puas,
lidahnya pun berpindah ke belahan
lubang vaginaku. Ia menguakkan bibir
bagian luar vaginaku. Tak lama
kemudian, ia pun menjilati seluruh
permukaannya. Klitorisku tak luput
dari jilatan dan gigitan lembutnya.
Aku semakin pasrah dengan
perlakuan Pak Tan. Kurasakan
vaginaku semakin basah, baik oleh
air liur pak Tan maupun cairan
cinta yang keluar dari dalam
vaginaku.
"Ohhhhhh…. mphhhhhh…. ampuuunnnn….
jangan diteruskannnnn…." racauku.
Slurp… slurppp… terdengar sedotan
pak Tan di permukaan vaginaku
semakin bernafsu.
Tak lama kemudian pak Tan pun
berdiri. Ia menarik pinggulku ke
belakang, hingga pantatku dan
vaginaku semakin terkuak lebar.
Tiba-tiba, aku rasakan sebatang
penis yag keras telah melesak
masuk ke dalam liang kenikmatanku
dari bagian belakang. Aku merasakan
pedih pada dinding vaginaku saat
batang penis pak Tan bergesekan
dengan dinding liang kenikmatanku,
yang selama ini terjaga dari penis
pria selain suamiku.
"Ahhhhhhhhhhhhhhhhh….." lengkinganku
saat penis pak Tan disodokkan
dengan keras.
Rasanya lubang vaginaku hampir
terbelah.
"Ouhhhh…. Sofiiii….. memekmu enak
banget… udah lama bapak nggak
ngrasain memek kaya punyamu…
mhhhh… ouhhhhh…. akhhhhhh….." racau
pak Tan sambil menggenjot lubang
memeku.
"Cepok, cepok, cepok…" suara pinggul
pak Tan saat bertumbukan dengan
bongkahan pantatku yang sedang
membusung ke arahnya.
Aku sedang dinikmati dengan posisi
doggy. Aku heran, ia nampaknya
memang begitu terobsesi dengan
pantatku, hingga selama memakaiku
pun ia lebih banyak meremas
pantatku daripada dua payudaraku.
"Ohhhh… mhhhh…. oughhhhh…." badanku
bergoncang-goncang.
Kepalaku yang berjilbab itu hanya
mampu menggeleng dan mendongak
ke atas. Payudaraku bergoyang
seiring hentakan penis pak Tan di
dalam liang kenikmatanku.
"Mmhhhhhh… ahhhhhh… mhhhhh…." rintih
dan jeritku setiap kali penis pak
Tan melesak dalam vaginaku.
"Soffff…. memekmu masih serettttt….."
racau pak Tan.
"Kepalamu berjilbab bikin aku tambah
ngaceng… ouhhhh….. Bapak ketagihan
diservis sama tempikmu….. enak
bangetttt….. walaupun janda tapi
tempikmu masih nggigit"
"Mhhhh.. ouhhhhh…. akhhhhhhh…." jawabku
dengan desah dan rintih.
Masih dalam posisi dogi, pak Tan
tiba-tiba menarik penisnya keluar
dari vaginaku. Kini tubuhku yang
lemas hanya bisa terbaring
tengkurap diatas meja. Kepalaku
yang masih berjilbab aku sandarkan
di meja, sedang dua tanganku
terentang berpegang pada tepian
meja. Sementara itu, aku
merasakan cairan dingin di anusku.
Aku hanya bisa pasrah.
"Mmhhhh…. silitmu kayanya masih
prawan nihh… sini, biar bapak
prawanin"
Aku ketakutan, dan berusaha
menolak.
"Udahhh, jangan nolak… kok beraninya
kamu nolak permintaan bapak…"
Akupun pasrah. Cairan itu adalah
cairan pelumas. Aku merasakan
kepala penis pak Tan mulai
menempel di lubang matahariku.
Perlahan-lahan, kepala penis itu
mulai menguakkan lubang
matahariku. Kurasakan kepala penis
itu semakin dalam masuk ke dalam
anusku. Rasanya sungguh perih,
walaupun telah dibantu oleh cairan
pelumas itu. Pak Tan pun mulai
mempercepat genjotannya dalam
anusku.
"Akhhhhh….. ouhhhhh…." terasa panas di
dinding anusku akibat gesekan penis
pak Tan itu.
"Oouhhhhh…. sakkkkiiiiittt….. ahhhh..
akhhhhhh…." jeritku.
Sambil menggenjot anusku, kedua
tangan pak Tan meremasi kedua
payudaraku. Bahkan satu tangan pak
Tan menarik ujung jilbabku ke
belakang, hingga kepalaku terdongak
keatas.
"Mhhh ohhh… akhhhhh…." jeritku
kesakitan.
Pak Tan nampaknya telah hampir
klimaks. Iapun segera menarik
penisnya dari anusku. Seperti
kesetanan ia melompat ke atas
meja lalu membalikkan tubuhku
hingga terlentang di atas meja. Kini
posisinya duduk berlutut dengan
penis yang mengarah ke wajahku.
Dua pahanya mengangkangi wajahku.
"Akhhhhhhhhhhhhhhh……….." teriakan pak
Tan yang telah klimak itu.
Crott……… crorttt…. crottttt….. cairan
putih kental yang berbau tak sedap
itu pun menyembur ke wajah dan
mulutku. Aku hanya memejam, agar
cairan itu tak masuk ke dalam
mataku. Sebagian telah tertelan.
Jilbabku basah oleh cairan kental
berbau amis itu, begitu pula baju
kurungku. Kulihat pak Tan terengah-
engah setelah mencapai klimaks. Aku
hanya terlentang lemas setelah
satu jam ia menikmati semua
lubang kepuasan di tubuhku.
"Tempik sama silitmu memang hebat
Sof… Bapak ketagihan buat make
kamu. Selama setahun bapak cuma
bias ngremesin pantatmu, sambil
bermimpi suatu saat bisa njebol
lubang silitmu…." kata pak Tan.
Aku sebetulnya merasa tersinggung
dengan ucapannya. Harga diriku
telah hilang sekarang. Kini aku harus
siap untuk dinikmatin kapan saja
oleh pak Tan. Aku tak bisa berbuat
apa-apa kini.
Setelah beristirahat selama 30
menit, sambil aku menangis
sesenggukan, aku pun minta ijin
kepada pak Tan untuk
membersihkan diri di kamar mandi
yang ada di ruangnya.
"Oohhhh, tidak usah… kamu kan capek
sekarang saatnya kamu yang
dilayani" kata pak Tan.
"Maksud bapak?" jawabku.
"Biar pak Tatang saja yang
bersihkan tubuh Sofi… heheheh"
Ouhhhh…. laki-laki gila… belum puas ia
menghancurkan kehormatan dan
harga diriku.. kini aku harus rela
dijamah oleh satu pria lagi. Nampak
Pak Tan menelpon dengan HPnya,
menyuruh pak Tatang masuk sambil
membawa ember air hangat dan lap
basah. Tak lama pak Tatang pun
masuk. Ia sungguh terkejut
melihatku dalam keadaan berjilbab,
namun dengan baju kurung yang
terbuka setengah, hingga
payudaraku menggelantung indah,
dan bagian bawah yang telah
telanjang bulat.
"Lhoooo, mbak Sofi?" tanya pak
Tatang keheranan.
Aku hanya tertunduk malu,
sementara aku tahu bahwa mata
pak Tatang tidak lepas memandang
tubuh telanjangku.
"Tenang pak Tatang", kata pak Tan
pada pak Tatang.
"Mbak Sofi barusan kerja keras, jadi
dia sekarang gerah dan capek….
hehehehe… makanya dia kepengen
bersihin badannya. Kan kasian,
daripada dia bersihin badannya
sendiri, kan lebih baik diladenin sama
pak Tatang… hehehh…"
"Maksud bapak?" tanya pak Tatang
masih kebingungan.
"Maksudnya ya tolong pak Tatang
ngelapin tubuhnya mbak Sofi,
terutama bagian lubang tempik
sama silitnya itu. Gimana pak
Tatang?"
"Haaaaa, bapak beneran?" tanya pak
Tatang tidak percaya.
"Beneran… sudah, nggak usah banyak
omong… bapak mau ga?" tanya pak
Tan.
"Mauuu… mau… iya pak… mau…." sorak pak
Tatang.
"Ya udah sana…" pak Tan menyahut.
"Ayoooo, sini mbak Sofi… cah ayuuu….
biar bapak ngelapin tempikmu" seru
pak Tatang kegirangan.
Aku hanya menunduk. Tapi badanku
sudah terlalu lemah, sehingga aku
hanya bisa pasrah saat pak Tatang
menggandengku menuju kamar
mandi. Ia pun melucuti seluruh sisa
pakaianku termasuk jilbabku,
sehingga aku telanjang bulat. Dengan
lap basah, ia ia mulai membasuh
tubuhku dari ujung kepala hingga
ujung kaki. Saat menggosok liang
vaginaku, ia pun berkomentar..
"Wahhhh, tempiknya mbak Sofi ini
masih sempit yah" sambil jarinya
meyentil-nyentil klitorisku.
"Beda sama tempiknya lonte
lokalisasi.. udah pada lower"
Aku hanya terdiam sambil menahan
tangisanku. Pak Tatang memelukku
dari belakang. Satu tangannya
meremasi payudaraku, sedang
tangan lainya sibuk menggosok
vaginaku.
"Mbak, yang bagian dalem tempik
mbak belum dibersihkan, biar kontol
bapak nanti yang gosokin bagian
dalem tempiknya mbak… hahahaha",
kata pak Tatang.
Pak Tan berdiri di pintu kamar
mandi senyum-senyum melihat ulah
pak Tatang kepadaku.
"Kontol bapak udah ngaceng niyy.
Wahhh… mimpi apa bapak semalem..
selama ini bapak cuma mbayangin
ngentu mbak Sofi… impian bapak jadi
kenyataan"
"Pak Tatang, itu jilbabnya dipakein
lagi. Lebih ngacengin kalo make jilbab"
"Siapp bosss…" kata pak Tatang.
Setelah selesai membersihkan diriku,
aku pun disuruhnya lagi memakai
jilbab, namun dengan tubuh yang
telanjng bulat. Kini telah kukenakan
jilbab warna kremku yang masih
ada bercak-bercak sperma pak Tan.
"Pak Tatang, ini uang buat pak
Tatang" Pak Tan mengeluarkan uang
seratus ribuan dan diberikan pada
pak Tatang.
"Syaratnya, pak Tatang harus tutup
mulut tentang rahasia di kantor ini…
ya, sekarang, pak Tatang boleh
nikmatin mbak Sofi sepuasnya.
"Siap bossss" kata pak Tatang.
Pak Tatang mendorongku ke sofa di
ruang pak Tan. Tanpa basa-basi ia
pun mengeluarkan penisnya yang
berukuran 20 cm. Dengan kasar ia
menarik jilbabku hingga kepalaku
mengarah ke penisnya.
"Ayo,dimut mbak… kontolnya bapak
sudah lama nggak dibasahin nih…" kata
pak Tatang disambut dengan tawa
pak Tan.
Tanpa aku sadar, pak Tan telah
datang dengan membawa sebuah
handicam untuk merekam
persetubuhanku dengan pak Tatang.
"Hehehe, kamu memang cocok jadi
bintang bokep. Apalagi bokep cewek
berjilbab hehehehe…"
"Mhhhh… oukhhhhh……" kepalaku yang
berjilbab itu maju mundur mengulum
penis pak tatang yang keras.
Laki-laki duda berusia 50 tahun itu
nampak merem melek menikmati
kulumanku. Ia duduk di sofa,
sedangkan aku kini tersimpuh di
lantai ruang itu.
"Ohhh… mbak Sofi… ohhhh… kuluman
mbak lebih enak dari lonte
pelabuhan hhhhhh… mhhhh.."
Setelah puas dengan mulutku, pak
Tatang menyuruhku untuk
terlentang di sofa. Dengan rakus, ia
pun mengulumi payudaraku, dan
menggigit-ggit putingnya yang
mungil kecoklatan itu…
"Owhhhh… mhhhh… pak Tatang….
sakkkittttt…."
Pak Tatang semakin liar, mengulum
putingku. Satu tangannya memilin-
milin payudaraku yang lain, sedang
tangan satunya lagi memainkan
klitorisnya. Kini aku merasakan
kegelian, kurasakan jari-jari pak
Tatang menusuk-nusuk liang
vaginaku.
Pak Tatang kemudian melebarkan
kedua pahaku dan
blessssssssssssssssss…. penis pak
Tatang pun terjepit dalam liang
nikmatku. Tubuhku terguncang-
guncang, sementara tangan pak
Tatang sibuk memilin-milin putingku.
"Oohhhh, mbak Sofi…. tempikmu enak
banget….. bapak belum pernah
ngrasain tempik kaya punya mbak
Sofi…"
Tiba-tiba pak Tatang menghentikan
genjotannya, dan menarik penisnya.
Ia membalik tubuhku hingga
tengkurap, lalu menyuruhku
menungging. Aku hanya pasrah
mengikuti arahan pak Tatang.
Dalam posisi menungging, sekali lagi
pak Tatang menyodokkan penisnya
dalam liang nikmatku. Dengan
sodokan-sodokanya yang keras,
tubuhku pun terguncang-guncang.
Tangannya meremasi payudaraku
dan sesekali menampar paha dan
pantatku hingga terasa pedih. Aku
diperlakukannya seperti seekor kuda
tunggangan atau sebuah boneka
seks. Aku hanya bisa pasrah
menerima perlakuan itu.
"Mhhhh,… tempik lonte jilbaban
ternyata enak… mhhhh…ouhhhh" racau
pak Tatang saat penisnya terjepit
dalam liang kenikmatan.
Pak Tatang yang telah lama
menduda, dan selama ini memuaskan
hasrat seksnya dengan pelacur
pelabuhan, yang tentu saja tua-tua
dan tidak higienis. Kini penis pak
Tatang berkesempatan untuk
menikmati liang vagina seorang
wanita muda berjilbab, yang liang
vaginanya selalu terjaga dan
terawat. Bahkan pria kaya dan
tampan pun belum tentu kuijinkan
untuk bisa menjepitkan penisnya
dalam lubang vaginaku, kecuali
menikahiku, namun kini, seorang
pesuruh kantor yang tua malah
berkesempatan menikmati liang
vagina miliku dengan gratis… ohhhhh…
nasibku….
Bukan hanya liang vaginaku, penis
pak Tatang pun kini telah
merasakan pula jepitan lubang
anusku. Kali ini tidak terlalu sakit…
justru anehnya, akupun mulai
menikmati permainan pak Tatang.
Pak Tatang menarik penisnya, lalu
menarik jilbabku hingga kepalaku
mendekat kearah penisnya. Tangan
satunya sedikit mencekik leherku,
sehingga mulutku terbuka, dan
"Akhhhhhh…." teriakan pak Tatang saat
orgasme.
Crotttt… croootttttt… croottttt….
cairan putih hangat masuk
seluruhnya ke mulutku. Bukan hanya
itu, pak Tatang pun menyuruhku
untuk menelan semua spermanya.
Hueekkkkkkk…. rasanya muak sekali.
Namun aku terpaksa nampak sisa-
sisa sperma mengalir dari sela-sela
bibirku, hingga menambah noda di
jilbab kremku. Sisa-sisa sperma
yang ada di lantai dan sofa pun
harus kujilati pula.
Semua adegan itu direkam oleh pak
Tan. Pak Tan mengancam, jika aku
melaporkan kejadian ini pada polisi,
atau tidak mau menuruti
kehendaknya, maka video itu akan
tersebar. Kejadian di kantor saat
itu barulah sebuah awal
penderitaanku. Pak Tan ternyata
menjualku pada para pria hidung
belang, bukan sekedar untuk
membayar hutangku, namun juga
untuk membiayai bironya yang
hampir bangkrut itu. Dengan jilbab
di kepala dan wajahku yang keibuan,
banyak bos-bos yang rela merogoh
koceknya dalam-dalam untuk
diberikan pada pak Tan, demi
memperoleh kesempatan
menjepitkan penisnya ke dalam liang
vagina dan anusku, dengan tetap
mengenakan jilbabku. Aku heran,
beberapa orang yang memakaiku
justru lebih suka menganalku
disamping menyodok vaginaku.
Ramuan keluarga yang aku gunakan
membuat lubang anusku selalu
sempit, bersih dan tidak berbau
busuk. Bahkan lebih 'menggigit'.
Bahkan pak Tan pernah sekedar
iseng mengumpankanku pada
sekelompok supir truk yang sedang
mabuk, sehinga aku disetubuhi
beramai-ramai di atas bak truk. Dia
memasangiku kamera kecil, sehingga
ia bisa merekamnya dari mobilnya
yang parkir di suatu tempat.

mustofa satrio 04 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/jeritan-hati-soffi.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - JERITAN HATI SOFFI

KENANGAN INDAH MENJELANG HARI BAHAGIAKU


Kenalkan, panggil saja aku dik.
untuk tanggal saya sudah agak lupa,
mungkin sekitar pertengahan april
2009 lalu.
jam menunjukkan pukul 19.00 wib,
terdengar dri luar rumah sebuah
motor vario biru milik gendis.
aku dan gendis sudah berteman
lama sejak kecil, bahkan sudah
seperti keluarga sendiri, karena
terlalu dekatnya sampai banyak
yang mengira tetangga"ku kalau
kita berdua pacaran. padahal
sesungguhnya tidak karena aku dan
gendis juga mempunyai pacar
masing".
tanpa banyak babibu, gendis
langsung masuk kedalam rumah dan
mencariku kekamar, sperti biasa dia
sudah sering melakukan itu.
tiba" dia menangis, setelah kutanya
ternyata dia baru saja putus
dengan pacarnya.
tnpa basa-basi aku mencoba
menenangkannya, dan tnpa disengaja
dia sudah memelukku. gendis gadis
yg manis, dia tidak putih, kulit dia
benar" sawo matang, dia juga
seorang model. badannya yg kurus,
tinggi, langsing, tapi jangan salah
bentuk payudara dan pantatnya
benar" bikin ngiler laki". bahkan
banyak teman" cowokku yg
membayangkan gendis untuk
berfantasi saat colay.
stelah aku berhasil menenangkan
dia, aku menyarankannya untuk
pulang, tapi dia tidak mau, dia lebih
memilih untuk istrahat dikamarku,
akupun tak bisa menolak, kudiamkan
saja sambil aku bermain komputer
ternyata dia sudah tertidur pulas.
jam menunjukkan pukul 23.00 wib.
mau tak mau aku harus
membangunkannya, saat
kubangunkan tag sengaja aku
melihat payudaranya yg menyembul
terlihat dari tanktopnya, aku cuma
diam saja kucoba untuk tetap
konsen membangunkannya.
gendis malah menarik tanganku dan
memelukku, dan dia berkata makasih
udah jadi seperti kakaknya sendiri,
aku hanya diam saja sambil
memandang matanya, perlahan
semakin dekat akhirnya kita
berciuman bibir, kurasakan nafas
segarnya lembut bibirnya dan kenyal
lidahnya semakin menggodaku untuk
terus berciuman. aku sadar, ga mau
mengkhianati cintaku, akhirnya kami
sudahi ciuman malam ini dan gendis
kuantar pulang.
keesokan harinya.
secara tidak sengaja, gendis
langsung nylonong masuk kekamarku,
tnpa aku ketahui, padahal setiap
tidur aku selalu telanjang, entah
kenapa aku lupa mengkunci pintu
kamarku. aku tidak tw bagaimana
awalnya, tiba" saja seperti ada yg
memegang kontiku, aku msh belum
sadar, hingga akhirnya aku sempat
kaget melihat tangan yg lentik
halus mengelus", meremas",
dikocoknya kontiku dan diciuminya
tbuhku, semakin kencang hingga
akhirnya aku ejakulasi.
ahhh .. segarnya pagi dpt hadiah
seperti ini, benar" surprise dan tak
pernah trbayangkan sebelumnya.
lalu gendis menyuruhku mandi, aku
keluar kamar, ternyata sedang sepi,
seluruh keluarga ku ikut jalan sehat
dikomplek perumahanku.
selesai mandi, gendis sdah
menungguku dikamar, dia hanya
berkata, "sini dik, aku pnya hadiah
spesial buat kamu".
aku hnya bisa diam, ditariknya
tanganku, kuberanikan buat
membuka selimut ternyata dia
sudah telanjang. kuberanikan untuk
memegang payudaranya yg kenyal,
sambil berciuman kuremas"
payudaranya, rasanya gemas sekali,
ku tak kuat lagi, aku mulai
menyedot" payudaranya, gendis
malah mengeluarkan suara yg
membuatku semakin nafsu buat
menyetubuhinya. emhh .. trus dik, ini
cuma buat kamu emmhh. semakin
turun, ku mulai ke daerah
wanitanya, tidak berambut, dicukur
halus, ku cium wangi sekali mekinya,
trnyata dia rajin menjaganya. kami
merubah posisi kami menjadi 69
dengan posisi aku diatas, ku jilat"
klit nya hingga semakin kencang
juga dia nyedot kontiku, semakin
kumainkan lidahku dimeki gendis
semakin kuat juga desahannya. tak
lama kemudian ku merasakan aroma
hangat berbeda, ya Tuhan ternyata
gendis sudah mncapai orgasme yg
pertama. oouugghh .. dik enak
banget sayang, ku posisikan diriku
diatasnya, kumainkan konyiku dibibir
vaginanya. mmhhh .. syang cepet
masukin, aku dah ga kuat lagu, tapi
ga buru" aku masukinnya, ku gesek"
dibibir mekinya, semakin keras
desahan gendis, semakin
menggelinjang badannya.
aku juga sudah tidak tahan lagi,
kumasukkan pelan", kontiku emg
tidak besar dan panjang hanya 13-14
cm diameter hmpir 4cm.
kutancapkan didalam meki agak
lama, kurasakan meki gendis seperti
berdenyut" dan aku cukup kaget
ternyata gendis sudah tidak
perawan. ku pompa perlahan-lahan
maju mundur, cuma kata" aaahhh ..
ahhhh .. ahhhh .. emmhhh .. terus
sayang, kucoba mulai mempercepat
gerakan, kusodok semakin dalam dan
semakin dalam, kurasakan meki
gendis benar" enak, basah, hangat,
keset wahhh .. benar" semakin
membuatku nafsu, kuangkat
tubuhnya, gantian dia yg diatas,
semakin tag terkontrol gerakannya.
kulihat payudaranya naik turun,
dengan sekuat tenaga kuremas-
remas, kupilin" putingnya, tiba" dia
teriak ahhhhhhh .. erangan yg
panjang dia orgasme yg kedua.
kulihat jam semakin siang, ku takut
orang rumah segera datang,
kupercepat gerakanku, gendis
semakin mendesah. ku ciumi
lehernya, kubisikkan ditelinganya,
"kita keluarin bareng ya sayang" ..
jangan didalem yaa, tak kupedulikan,
ku pukul" pantatnya yg gembur,
empug semakin kupompa semakin
enak saja. gendis, dik ga kuat ....
ahhh .. enak banget mekimu sayang,
ahhhh .. jangan didalem sayang, aku
takut hamil, makin tag peduli
semakin cepat ku pompa mekinya,
ahhh gendiisss .. dik, gendis mw
pipis lagi rasanya .. emmhhh ..
gendis, dik mw keluar, jangan
didalem ... diikkk ...
arrgghhhh .. croot .. croot ..
kuhitung sebanyak 9 kali kontiku
nyembur didalem meki gendis !!!
ahhhh .. nikmat sayang ..
masih dijilatinya sisa" spermaku di
kontiku hingga bersih.
lalu kami rebahan, gendis berbisik
ditelingaku, makasih dik, kamu
benar" kakakku yg bisa ngerti aku.
stelah kami berpakaian kami makan,
15 menit kemudian keluargaku
datang, tag ada yg curiga karena
kami memang sudah seperti kakak
adik.
asal kalian tahu, kami melakukan ini
cuma sekali dan atas dasar suka
sama suka, stelah itu hingga detik
ini gendis msh sering maen
kekamarku tapi kami tidak pernah
melakukan itu lagi, karena aku juga
sudah tunangan, gendis
menghormatiku dan juga calon
istriku.
biarkan ini menjadi kenangan dihari
minggu pertengahan bulan april
2009.

mustofa satrio 04 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/kenangan-indah-menjelang-hari-bahagiaku.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - KENANGAN INDAH MENJELANG HARI BAHAGIAKU

Ermenegildo Zegna spring summer 2011 new Hyatt overview

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feeds | Amazon WordPress Plugin

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/ermenegildo-zegna-spring-summer-2011-new-hyatt-overview/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Ermenegildo Zegna spring summer 2011 new Hyatt overview

Cara Upload poto Dari PC dgn mudah tanpa register bro, makyus

nice share gan __________________ WANITA TERGEMUK di DUNIA 317 Kg | LIMA ORANG TERBERAT SEPANJANG SEJARAH | WANITA ASAL TUNISIA HAMIL 12 BAYI TERNYATA MONALISA SEORANG PRIA | WANITA INI HABISKAN 10 JAM SEHARI DI TOILET | HAL - HAL UNIK & ANEH DI DUNIA Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feeds | Amazon WordPress Plugin

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/cara-upload-poto-dari-pc-dgn-mudah-tanpa-register-bro-makyus/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Cara Upload poto Dari PC dgn mudah tanpa register bro, makyus

Nerusul, Spike and Tarok

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feeds | Amazon WordPress Plugin

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/nerusul-spike-and-tarok/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Nerusul, Spike and Tarok

Kepuasan sek liarku bersama gadis pemijat

uatu hari aku dipanggil pimpinanku ke dalam ruangannya. Aku menduga-duga apa gerangan sebabnya aku dipanggil mendadak begini. "Duduk, Dik. Tunggu sebentar ya," katanya sambil meneruskan membaca surat-surat yang masuk hari ini. Setelah selesai membaca satu surat barulah dia menatapku. "Begini Dik Adi, besok hari libur nasional. Hari ini apa yang masih harus diselesaikan?" tanyanya. Aku berpikir sejenak sambil mengingat [...]

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritapanas17.co.cc/kepuasan-sek-liarku-bersama-gadis-pemijat.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Kepuasan sek liarku bersama gadis pemijat

Menikmati irama liar permainan dewasa

CeritaabgdewasKisah ini terjadi saat Aku pulang dari Batam setelah berada di sana selama tiga minggu untuk urusan kantor. Aku tidak dapat pesawat yang langsung ke Jakarta, jadi terpaksa naik pesawat terakhir yang transit di Surabaya. Karena badan terasa lelah sekali, begitu pesawat take off aku langsung tertidur lelap dengan melepas seat belt agar lebih nyaman. [...]

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaabgdewasa.co.cc/menikmati-irama-liar-permainan-dewasa.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Menikmati irama liar permainan dewasa

" Tante Cantik Striptease "

" Tante Cantik Striptease "
Free Download Now..!! 

noreply@blogger.com (NAUGHTY INDONESIAN) 04 Mar, 2011


--
Source: http://naughtyindonesian.blogspot.com/2011/03/tante-cantik-striptease.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - " Tante Cantik Striptease "

Guru Sex Private Sange – Bag.2

Senin hari pertama di sekolah baru, belum banyak guru yang mengajar membuat pikiranku sering mengembara. Yang paling sering terbayang adalah paha Tante yang kulihat Jumat pagi kemarin. Mungkin sekarang Tante sedang duduk di sofa membaca majalah, membuatku pengin cepat2 pulang.

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/guru-sex-private-sange-bag-2/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Guru Sex Private Sange – Bag.2

Aneh gan, buka “Rumah Duka”, Bisnis yang Tak Pernah Mati

Kematian, sejatinya adalah sebuah proses yang tidak bisa di hindari oleh setiap mahluk hidup. Semua yang bernyawa pasti mati

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/aneh-gan-buka-%e2%80%9crumah-duka%e2%80%9d-bisnis-yang-tak-pernah-mati/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Aneh gan, buka “Rumah Duka”, Bisnis yang Tak Pernah Mati

5 Game Consule Terbaik 2010

1. Xbox 360 Pro Xbox 360 cepat memanfaatkan permintaan yang kuat, tanpa melihat ke belakang, Microsoft telah terus-menerus membuat perbaikan dan perbaikan Xbox 360, memperluas kapasitas penyimpanan hard drive, meningkatkan video, multimedia dan fungsi internet dan menawarkan beberapa format konsol dengan harga ekonomis. Dengan rilis Halo 3, Xbox 360 menetapkan standar baru untuk permainan video generasi ke-7 konsol, mengoptimalkan output video dan grafik dengan bantuan mesin grafis custom-made dan baru High Dynamic Range teknologi grafis

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/5-game-consule-terbaik-2010/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - 5 Game Consule Terbaik 2010

Hantu Perempuan Muncul Tiba-tiba di Serial Televisi

Ih...mengerikan. Sesosok yang diduga hantu perempuan tampak di satu episode seri drama terbaru berjudul Rippling Blossom yang disiarkan oleh stasiun televisi Television Broadcasts Limited, TVB, yang berbasis di Hongkong. Seorang netizen melihat gambar itu dan mem-posting-nya di forum online.

admin 04 Mar, 2011


--
Source: http://ceritaseru0.co.cc/hantu-perempuan-muncul-tiba-tiba-di-serial-televisi/
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - Hantu Perempuan Muncul Tiba-tiba di Serial Televisi

" Memek Muda "

" Memek Muda "
Free Download Now..!!

noreply@blogger.com (NAUGHTY INDONESIAN) 04 Mar, 2011


--
Source: http://naughtyindonesian.blogspot.com/2011/03/memek-muda.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - " Memek Muda "

" Japanese Couple Scandal "

" Japanese Couple Scandal "
Free Download Now..!!

noreply@blogger.com (NAUGHTY INDONESIAN) 04 Mar, 2011


--
Source: http://naughtyindonesian.blogspot.com/2011/03/japanese-couple-scandal.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - " Japanese Couple Scandal "

" Batam Hot "

" Batam Hot "
Free Download Now..!!

noreply@blogger.com (NAUGHTY INDONESIAN) 04 Mar, 2011


--
Source: http://naughtyindonesian.blogspot.com/2011/03/batam-hot.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - " Batam Hot "

VARIA JANDA CANTIK TIONGHOA


Peristiwa itu bermula ketika aku
berkeinginan untuk mencari tempat
kos-kosan di Surabaya. Pada saat
itu, pencarian tempat kost-kostan
ternyata membuahkan hasil. Setelah
aku menetap di tempat kost-
kostan yang baru, aku berkenalan
dengan seorang wanita, sebut saja
namanya Varia. Usia Varia saat itu
baru menginjak 30 tahun dengan
status janda Tionghoa beranak
satu.
Perkenalanku semakin berlanjut.
Pada saat itu, aku baru saja habis
mandi sore. Aku melihat Varia
sedang duduk-duduk di kamarnya
sambil nonton TV. Kebetulan,
kamarku dan kamarnya
bersebelahan. Sehingga
memudahkanku untuk mengetahui
apa yang diperbuatnya di kamarnya.
Dengan hanya mengenakan handuk,
aku mencoba menggoda Varia.
Dengan terkejut ia lalu meladeni
olok-olokanku. Aku semakin berani
mengolok-oloknya. Akhirnya ia
mengejarku. Aku pura-pura
berusaha mengelak dan mencoba
masuk ke kamarku. Eh.. ternyata
dia tidak menghentikan niatnya
untuk memukulku dan ikut masuk
ke kamarku.
"Awas kau.. entar kuperkosa baru
tahu.. " gertaknya.
"Coba kalau berani.." tantangku penuh
harap.
Aku menatap matanya, kulihat, ada
kerinduan yang selama ini
terpendam, oleh jamahan lelaki.
Kemudian, tanpa dikomando ia
menutup kamarku. Aku yang
sebenarnya juga menahan gairah
tidak membuang-buang kesempatan
itu.
Aku meraih tangannya, Varia tidak
menolak. Kemudian kami sama-sama
berpagutan bibir. Ternyata, wanita
cantik ini sangat agresif. Belum lagi
aku mampu berbuat lebih banyak,
ternyata ia menyambar handuk
yang kukenakan. Ia terkejut ketika
melihat kejantananku sudah
setengah berdiri. Tanpa basa-basi,
ia menyambar kejantananku serta
meremas-remasnya.
"Oh.. ennaakk.. terussh.." desisanku
ternyata mengundang gairahnya
untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba
ia berjongkok, serta melumat kepala
kontolku.
"Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat.." Ia
sangat mahir seperti tidak
memberikan kesempatan kepada
untuk berbuat tanya.
Dengan semangat, ia terus
mengulum dan mengocok kontolku.
Aku terus dibuai dengan sejuta
kenikmatan. Sambil terus mengocok,
mulutnya terus melumat dan
memaju-mundurkan kepalanya.
"Oh.. aduhh.." teriakku kenikmatan.
Akhirnya hampir 10 menit aku
merasakan ada sesuatu yang
mendesak hendak keluar dari
kontolku.
"Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku mau
kkeluaar.. Oh.. "
Dengan seketika muncratlah air
maniku ke dalam mulutnya. Sambil
terus mencok dan mengulum kepala
kontolku, Varia berusaha
membersihkan segala mani yang
masih tersisa.
Aku merasakan nikmat yang luar
biasa. Varia tersenyum. Lalu aku
mencium bibirnya. Kami berciuman
kembali. Lidahnya terus dimasukkan
ke dalam mulutku. Aku sambut
dengan mengulum dan menghisap
lidahnya.
Perlahan-lahan kejantananku bangkit
kembali. Kemudian, tanpa kuminta,
Varia melepaskan seluruh pakaiannya
termasuk bra dan CDnya. Mataku
tak berkedip. Buah dadanya yang
montok berwarna putih mulus
dengan puting yang kemerahan
terasa menantang untuk kulumat.
Kuremas-remas lembut payudaranya
yang semakin bengkak.
"Ohh.. Teruss Ted.. Teruss.." desahnya.
Kuhisap-hisap pentilnya yang
mengeras, semnetara tangan kiriku
menelusuri pangkal pahanya.
Akhirnya aku berhasil meraih
belahan yang berada di celah-celah
pahanya. Tanganku mengesek-
geseknya. Desahan kenikmatan
semakin melenguh dari mulutnya.
Kemudian ciumanku beralih ke perut
dan terus ke bawah pusar. Aku
membaringkan tubuhnya ke kasur.
Tanpa dikomando, kusibakkan
pahanya. Aku melihat vaginanya
berwarna merah muda dengan
rumput-hitam yang tidak begitu
tebal.
Dengan penuh nafsu, aku menciumi
memeknya dan kujilati seluruh bibir
kemaluannya.
"Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh.. Nikmat.."
Aku terus mempermainkan
klitorisnya yang lumayan besar.
Seperti orang yang sedang
mengecup bibir, bibirku merapat
dibelahan vaginanya dan kumainkan
lidahku yang terus berputar-putar
di kelentitnya seperti ular cobra.
"Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh."
Desis kenikmatan yang keluar dari
mulutnya, semakin membuatku
bersemangat. Kusibakkan bibir
kemaluannya tanpa menghentikkan
lidah dan sedotanku beraksi.
"Srucuup-srucuup.. oh.. Nikmat..
Teruss.. Teruss.. " teriakannya
semakin merintih.
Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke
memeknya, kuhisap kuat lubang
memeknya. Ia mengangkat pinggul,
cairan lendir yang keluar dari
memeknya semakin banyak.
"Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh..
Croot.. Croot. "
Ternyata Varia mengalami orgasme
yang dahsyat. Sebagaimana yang ia
lakukan kepadaku, aku juga tidak
menghentikan hisapan serta jilatan
lidahku dari memeknya. Aku menelan
semua cairan yang kelyuar dari
memeknya. Terasa sedikit asin tapi
nikmat.
Varia masih menikmati orgasmenya,
dengan spontan, aku memasukkan
kontolku ke dalam memeknya yang
basah. Bless..
"Oh.. enakk.."
Tanpa mengalami hambatan,
kontolku terus menerjang ke dalam
lembutnya vagina Varia.
"Oh.. Variaa.. sayang.. enakk."
Batang kontolku sepeti dipilin-pilin.
Varia yang mulai bergairah kembali
terus menggoyangkan pinggulnya.
"Oh.. Ted.. Terus.. Sayang.. Mmhhss.."
Kontolku kuhujamkan lagi lebih
dalam. Sekitar 15 menit aku
menindih Varia.. Lalu ia meminta
agar aku berada di bawah.
"Kamu di bawah ya, sayang.." bisiknya
penuh nikmat.
Aku hanya pasra. Tanpa melepaskan
hujaman kontolku dari memeknya,
kami merobah posisi. Dengan
semangat menggelora, kontolku
terus digoyangnya. Varia dengan
hentakan pinggulnya yang maju-
mundur semakin menenggelamkan
kontolku ke liang memeknya.
"Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg.
Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk.."
erangan kenikmatan terus
memancar dari mulutnya.
" Oh.. Varia.. terus goyang sayang.."
teriakku memancing nafsunya.
Benar saja. Kira-kira 15 menit
kemudian goyang pinggulnya semakin
dipercepat. Sembari pinggulnya
bergoyang, tangannya menekan kuat
ke arah dadaku. Aku mengimbanginya
dengan menaikkan pinggulku agar
kontolku menghujam lebih dalam.
"Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang..
Oh.. "
Ternyata Varia telah mencapai
orgasme yang kedua. Aku semakin
mencoba mengayuh kembali lebih
cepat. Karena sepertinya otot
kemaluanku sudah dijalari rasa
nikmat ingin menyemburkan sperma.
Kemudian aku membalikkan tubuh
Varia, sehingga posisinya di bawah.
Aku menganjal pinggulnya dengan
bantal. Aku memutar-mutarkan
pinggulku seperti irama goyang
dangdut.
"Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku keluuarr.."
Crott.. Crott.. Tttcrott.
Aku tidak kuat lagi mempertahankan
sepermaku.. Dan langsung saja
memenuhi liang vagina Varia.
"Oh.. Ted.. kau begitu perkasa."
Telah lama aku menantikan hal ini.
Ujarnya sembari tangannya terus
mengelus punggungku yang masih
merasakan kenikmatan karena, Varia
memainkan otot kemaluannya untuk
meremas-remas kontolku.
Kemudian, tanpa kukomando, Varia
berusaha mencabut kontolku yang
tampak mengkilat karena cairan
spermaku dan cairan memeknya.
Dengan posisi 69, kemudian ia
meneduhi aku dan langsung mulutnya
bergerak ke kepala kontolku yang
sudah mulai layu. Aku memandangi
lobang memeknya. Varia terus
mengulum dan memainkan lidahnya di
leher dan kepala kontolku. Tangan
kanannya terus mengocok-ngocok
batang kontolku. Sesekali ia
menghisap dengan keras lobang
kontolku. Aku merasa nikmat dan
geli.
"Ohh.. Varia.. Geli.." desahku lirih.
Namun Varia tidak peduli. Ia terus
mengecup, mengulum dan mengocok-
ngocok kontolku. Aku tidak tinggal
diam, cairan rangsangan yang keluar
dari vagina varia membuatku
bergairah kembali. Aku kemudian
mengecup dan menjilati lobang
memeknya. Kelentitnya yang berada
di sebelah atas tidak pernah aku
lepaskan dari jilatan lidahku. Aku
menempelkan bibirku dikelentit itu.
"Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh.." desisnya.
Varia menghentikan sejenak aksinya
karena tidak kuat menahan
kenikmatan yang kuberikan.
"Oh.. Terus.. Sss." desahnya sembari
kepalanya berdiri tegak.
Kini mememeknya memenuhi
mulutku. Ia menggerak-gerakkan
pinggulnya.
"Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh" aku
menyedot kuat lobang vaginanya.
" Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra..
Ssshhss.. "
Ia menghentikan gerakannya, tapi
aku terus menyedot-nyedot lobang
memeknya dan hampir senmua
cairan yang keuar masuk kemulutku.
Kemudian dengan sisa-sisa
tenaganya, kontolku kembali menjadi
sasaran mulutnya. Aku sangat suka
sekali dan menikmatinya. Kuakui,
Varia merupakan wanita yang
sangat pintar membahagiakan
pasangannya.
Varia terus menghisap dan
menyedoti kontolku sembari
mengocok-ngocoknya. Aku
merasakan nikmat yang tiada tara.
"Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss.." rintihku
menahan sejuta kenikmatan. Varia
terus mempercepat gerakan
kepalanya.
" Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh.."
Croott.. Croott.. Croot..
Maniku tumpah ke dalam mulutnya.
Sementara varia seakan tidak
merelakan setetespun air maniku
meleleh keluar.
"Terimakasih sayang.." ucapku..
Aku merasa puas.. Ia mengecup
bibirku.
"Ted.. mungkinkah selamanya kita
bisa seperti ini. Aku sangat puas
dengan pelayananmu. Aku tidak ingin
perbuatan ini kau lakukan dengan
wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah
aku saja yang menerima kepuasan
ini." Aku hanya terdiam.
Sejak saat itu, aku sering meniduri
di kamarnya, selalu dalam keadaan
telanjang bulat, terkadang dia juga
tidur di dalam kamar kostku, tentu
saja dengan mengendap-endap.
Terkadang, kami tidur saling
tumpang tindih, membentuk posisi
69, aku tertidur dengan menghirup
aroma segar kemaluannya,
sedangkan Varia mengulum penisku.
Di kala pagi, penisku selalu ereksi,
diemut-emutnya penisku yang ereksi
itu, sementara aku dengan cueknya
tetap tidur sambil menikmati
oralnya, terkadang aku jilat
kemaluannya karena gemas.

mustofa satrio 04 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/varia-janda-cantik-tionghoa.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - VARIA JANDA CANTIK TIONGHOA

AKU TAK KUASA MENATAP MATAMU


Bung, sekarang giliran kamu. Hayoh!
Jangan sungkan-sungkan !"
Saat aku menatap tubuh telanjang
di atas tempat tidur itu, terus
terang rasa tidak tegaku muncul.
Gadis itu masih terlalu kecil, kataku
dalam hati. Payudaranya saja belum
tumbuh benar. Tapi lendir-lendir
basah keputihan yang mengalir dari
liang kemaluannya itu berkata lain.
"Tunggu apa lagi? Hayoh! Kalau tidak
mau ya, jangan di sini!"
Gadis kecil itu membuka sedikit
kelopak matanya. Aku terenyuh saat
menyaksikan matanya seolah
memohon agar penderitaannya
segera diakhiri. Ia harus pulang,
kata matanya, ia harus menyetor
lembar puluhan ribu itu pada ibunya.
Ia harus membayar untuk keperluan
sekolahnya. Tapi ia masih terlalu
kecil, lagi kata hatiku berseru. Kamu
punya otak? Punya hati nurani?
Otak mungkin sudah terbang, saat
aku mendekati gadis kecil itu. Tapi
nurani masih ada Bung, karena itu
aku menutup mata.
"Hkk.." gadis kecil itu mengerang saat
batang kemaluanku menusuk masuk.
Licin, gumamku dalam hati. Beberapa
orang tertawa di belakangku.
" Begitu baru bagus. Hayoh..! Sikat dia!
Tancap terus sampai mampus !"
Aku menggerakkan pinggulku tanpa
perasaan. Tidak sekali pun kubuka
mata ini. Sebab kalau kubuka dan
aku melihat wajahnya yang meringis
itu, aku pasti akan segera
melarikan diri.
"Hayoh..! Hahaha..! Hayoh..!"
Laki-laki yang suka berseru "Hayoh!"
itu bernama Jomblang. Jelas-jelas
itu nama panggilan. Nama aslinya
aku tidak tahu, karena aku baru
mengenalnya malam itu, saat aku
dan teman-temanku bersenda gurau
di sebuah warung kopi. Sayang, saat
Erwin menyapanya, aku tidak
melihat gadis kecil itu berdiri di
belakangnya. Lihatlah sekarang, apa
yang sedang kulakukan. Aku sedang
bersetubuh dengan seorang bocah
ingusan yang kukira usianya terpaut
dua puluh tahun denganku.
"AKK..! AKK..!" begitu aku mendengarnya
memekik-mekik.
Suara tawa sahabat-sahabatku,
beserta teriakan-teriakan penambah
semangat mereka masih juga dapat
kudengar.
" Hayoh..! Sikat, Bleh..!" juga suara si
Jomblang yang parau itu.
Aku heran, kenapa juga tadi aku
mau diajak ke rumah ini. Kenapa
juga tadi aku mau disuruh masuk
ke dalam kamar untuk menyaksikan
semuanya. Dan kenapa aku mau pula
saat disuruh 'melakukan'?
"Ampun, Oom..! Ampun..!" tiba-tiba aku
mendengar si gadis kecil merengek.
Tidak tahan, kubuka mataku. Benar
juga. Hatiku pilu seketika. Ternyata
gadis kecil itu sedang menangis
sesunggukan. Beban lima lelaki pasti
terlalu berat untuknya.
"Lihat! Dia minta ampun! Hahaha..!"
suara si Jomblang terdengar lagi,
tawanya semakin keras.
Aku berhenti menggerakkan
pantatku. Ya. Aku berhenti.
Kupandangi gadis itu yang sudah
diam dalam-dalam. Kelopak matanya
yang tadi terpejam juga membuka.
Dan ia menatapku di balik genangan
air matanya.
" Oom.."
"Hayoh..! Kenapa berhenti?"
"Sudah, Blang, sudah. Kasihan itu anak
kecil. "
Saat aku menoleh, kulihat salah
seorang temanku memegangi pundak
si Jomblang. Tetapi orang berwajah
liar itu langsung menepis.
" Edan! Masa cuma segitu? Hayoh!
Terus lagi.. !"
Aku kembali berpaling ke arah si
gadis kecil. Hatiku merasa iba. Gadis
kecil itu memejamkan matanya. Ia
begitu pasrah.
Sorakan si Jomblang kembali
terdengar saat aku bergerak lagi,
" Hayoh..! Hayoh..! Hayoh..!"
Hayoh kepalamu, pikirku berang. Tapi
aku bergerak juga. Akhirnya, aku
tidak tahan lagi. Kutarik batang
kemaluanku dan ejakulasi di atas
bulu kemaluannya yang jarang-
jarang itu. Sorakan-sorakan
menghilang, juga hayoh-hayoh. Semua
seolah meresapi kejadian itu.
Bangsat..! Batinku dalam hati. Bukan
pada si hayoh-hayoh itu. Tapi pada
diriku sendiri.
"Bagus, Bung. Anda luar biasa..!" si
Jomblang menepuk pundakku dari
belakang.
Saat kubalikkan tubuh, teman-
temanku berkerenyit dengan
menggeleng. Erwin tampak
menyiratkan rasa penyesalan itu di
bibirnya yang tergigit. Selebihnya,
hanya si hayoh-hayoh yang
terkekeh-kekeh. Mengapa orang-
orang ini begitu takut pada si liar
itu, tanyaku dalam hati. Hatiku
terasa kecut saat menyadari
bahwa aku juga takut.
"Blang, kami pulang dulu." akhirnya
Erwin membuat semua orang selain
si hayoh, bernafas lega.
Tanpa memperhatikan, Jomblang
mengayunkan lengan.
" Hahaha. Oke, oke. Terima kasih dan
hati-hati di jalan. "
Aku berharap dia mati ditabrak bus
nyasar saat ia keluar wisma nanti.
Bodoh, itu tidak akan terjadi.
Sementara di depan mataku, yang
terjadi saat itu si Jomblang sudah
menindih tubuh gadis kecil itu dan
menciuminya dari jidat ke payudara.
Monyet, umpatku sekali lagi sebelum
meninggalkan tempat itu.
Selama perjalanan pulang, tidak ada
seorang pun dari kami berempat
yang mengeluarkan suara. Semuanya
sibuk dengan ingatan akan dosa
masing-masing. Oke, kami tadi baru
saja menggauli beramai-ramai
seorang gadis di bawah umur.
Menggelikan mengingat perut-perut
buncit kami yang seharusnya
kenyang berisi pengalaman tentang
getir hidup. Seorang bocah dan lima
lelaki? Sinting! Tapi itulah yang
teradi belasan menit yang lalu.
"Hati-hati, Ton."
"Iya, kalian juga," balasku dengan
memaksa diri untuk tersenyum.
Panther kelabu itu segera melaju
dari hadapanku. Saat kubalikkan
tubuh, yang kutatap pertama kali
adalah rasa menyesal.
Rumah benar-benar sepi saat aku
masuk. Lampu ruang tamu dan
ruang tengah juga sudah dimatikan.
Jam di atas TV menunjukkan pukul
setengah dua pagi. Berusaha tidak
menimbulkan kegaduhan, aku melepas
sepatu kerja yang kukenakan, lalu
menuju ke kamar tidur.
"Pa..?" wanita itu, isteriku,
membalikkan tubuh saat aku
menutup pintu.
" Belum tidur, Ma..?" tanyaku sambil
tersenyum. Ia menggelengkan
kepala.
" Dari mana..?"
Dari memperkosa seorang bocah,
kata hatiku.
" Dari jalan-jalan. Dengan yang lainnya,"
jawabku seraya melepas kemeja dan
celana.
" Minum..?" kudengar wanita itu
bertanya lagi.
" Tidak, hanya kopi." kataku.
Kuraih sebuah kaos dan celana
pendek.
" Sini..!" bisiknya setelah aku
berpakaian.
Saat aku tiba di pinggir tempat
tidur, ia merentangkan kedua
tangannya.
" Aku mau memelukmu. Pelukan
selamat datang. " bisiknya seraya
tersenyum.
Kubalas senyumannya, lalu
menjatuhkan tubuhku di atas
tempat tidur, ke dalam pelukannya.
"Capek?" ia bertanya.
Tangannya memijat dada dan
pangkal lengan kiriku. Aku
mengangguk. Capeknya bukan di
otot, Ma. Tapi di hati.
" Mau aku.. mm..?"
Kupegang tangannya saat ia mulai
mengelus bagian bawah pusarku.
" Aku mau keluar sebentar." ucapku,
mencoba untuk tersenyum.
Wanita itu mengangguk.
Aku bangkit dari tempat tidur, lalu
melangkah keluar kamar. Bingung.
Apa yang harus kulakukan?
Kulangkahkan kakiku menuju dapur,
membuka kulkas, dan mengeluarkan
botol jus melon yang isinya masih
tersisa sepertiga. Jus melon itu
membuat tenggorokanku yang
kering menjadi lebih segar. Begitu
pula otakku. Mungkin kalau ada jus
melon penghilang rasa bersalah,
akan sangat berguna saat itu.
Tanpa sadar, kesegaran itu
membawa kakiku melangkah
melintasi lorong rumah. Saat kubuka
pintu kamar berwarna merah jambu
itu, aku tersenyum. Kamar itu
terasa hangat sekali.
Aku tidak berani menyalakan lampu.
Takut kalau bidadari kecil itu
terbangun nantinya. Jadi kubiasakan
pandanganku dalam gelap, sebelum
melangkah lebih dekat, sampai ke
pinggir tempat tidur. Angin dari AC
ini dingin sekali, pikirku dalam hati.
Aku membalikkan tubuhku dan
menuju AC yang mendengung di
belakangku. Aku sedikit heran saat
melihat tombol sudah menunjuk ke
LOW. Belum ada kontrol temperatur
seperti AC di kamarku sendiri. AC
tua ini masih bagus, selalu begitu
kataku pada isteriku.
Masih merasa dingin dan bingung,
aku mengangkat bahu dan
melangkah mendekati tempat tidur.
Senyumku mengembang saat
melihatnya. Bidadari kecilku, bisikku
dalam hati. Masih tersenyum,
kuangkat selimut yang menutup
sampai ke pundaknya. Dan bidadari
kecilku menggeliat, menyadari
kehadiran bapaknya.
Aku meloncat mundur dan
memegangi tembok. Wajah gadis
itu..! Gadis itu..! Gadis itu
menyeringai ke arahku. Matanya
membeliak mengerikan. Bola mata
seolah hendak melompat dari situ.
Ia menyeringai menampakkan
deretan giginya yang kuning. Lalu
matanya memutih dan seringainya
hilang, berganti dengan mulut yang
setengah membuka.
" AKK..! AKK..!" desahan itu menggema di
kepalaku.
" Tidak..!" aku berbisik dan menutup
telingaku. Kupejamkan mata.
Saat aku membuka mata, hanya
dengung AC dan keremangan yang
menyambutku. Keringat dingin
mengucur di dahiku. Bulu tengkuk
yang sedetik lalu berdiri sudah
kembali lemas. Tapi jantungku masih
berdegup kencang. Kuberanikan diri
untuk kembali mendekat.
Kuhembuskan napas lega saat
melihat bidadari kecilku di sana.
Masih tetap cantik dan molek, mirip
ibunya. Tersenyum lega, kubetulkan
tepian selimut yang menutupi
tubuhnya. Saat itu mendadak hawa
dingin kurasakan lagi. Kali ini lebih
dingin. Berkerenyit ngeri, aku
membalikkan tubuh menuju pintu
keluar. Mirip kucing kena air, aku
menutup pintu dan cepat-cepat
kembali ke kamarku sendiri.
Isteriku menyambutku dengan
wajah heran.
" Dari mana saja, Pa? Tadi aku
mendengar suara. Papa baik-baik
saja ?"
Aku tidak tahu harus mengatakan
apa. Aku hanya memandang ke
arahnya dengan pandangan kosong.
Saat aku berhasil menguasai
ketakutanku. Sedih muncul. Rasa
bersalah muncul.
"Aku akan menjadi Papa yang baik,"
begitu aku berkata padanya saat
bidadari itu lahir ke dunia.
Aku masih mengingatnya dengan baik
sekali. Dan waktu itu ia berkata,
" Aku percaya padamu, Pa."
Semuanya terasa menjadi sebuah
kebohongan besar sekarang. Jadi
bohong setelah bertahun-tahun
tampak nyata.
Aku tidak sadar bagaimana ia
mendadak ada di hadapanku.
Isteriku mengangkat tangan dan
menempelkan punggung telapaknya di
keningku.
" Kamu berkeringat. Kamu sakit?"
ucapnya dengan nada khawatir.
Kugelengkan kepala. "Tidak, aku tidak
apa-apa."
Lagi-lagi sebuah dusta. Entah
berapa banyak lagi yang akan
mengalir dari mulutku. Aku tidak
tahu.
Isteriku lalu mencium bibirku. Aku
merinding saat kusadari apa yang ia
mau dariku saat itu. Tapi tubuhku
tidak kuasa menahan gejolak yang
ditimbulkannya. Dari gesekan-
gesekan buah dadanya. Dari caranya
memeluk dan mempermainkan cuping
telingaku.
Tidak berapa lama kemudian, kami
sudah bergulat tanpa busana di
ranjang. Menggeluti satu dengan
lainnya seperti ular, dengan tangan
dan kaki. Bibir saling berpagutan.
Tangannya bergerak aktif membelai
bagian-bagian tubuhku. Aku pun
tidak kalah sengit. Semakin
bernafsu memainkan jemariku di
dalam liang kewanitaannya. Masih
berpagutan, ia tersenyum. Matanya
yang semula mengatup menatapku
mesra.
Sedetik setelah aku tersenyum,
isteriku mendorong pundakku lalu
mengangkangi tubuhku. Tidak tahan
dengan sensasi yang muncul kala
batang kemaluanku didudukinya, aku
mengerang dan membusurkan
punggungku. Isteriku bergerak-
gerak maju mundur di atasku.
" Ahh.. ahh..!" erangannya dan
eranganku menyatu.
" Ahh.. ah.. AKK..! AKK..!"
Aku membuka mata, membelalak
ngeri.
GADIS ITU..! GADIS ITU..! IA DI
ATASKU SEKARANG..! Ia menyeringai.
Menyeringai jahat. Matanya
membeliak, bolanya hendak melompat
keluar. Kemudian matanya memutih,
dan bibirnya setengah membuka.
Hawa terasa dingin sekali seketika.
" AKK..! AKK..!"
"Aaarrgghh..!" aku berteriak sekuat
tenaga.
Aku mendorong lenganku dan
melontarkan tubuh itu dari atasku.
Kuayunkan lenganku ke depan.
" Pergi..! Pergi..!" teriakku seraya
menutup mata.
Suara benda jatuh dan erang
kesakitan membuatku tersadar.
Saat kubuka mataku, kulihat
isteriku mengaduh di lantai.
"Ma..?" panggilku terkejut.
Isteriku masih mengelus-elus
pinggulnya saat ia menatapku
dengan pandangan bertanya-tanya.
" Pa..? Kenapa sih..? Ada apa..?"
Aku menutup wajahku dan tidak
tahu harus berkata apa. Kurasakan
tempat tidur bergerak saat
isteriku naik. Tangannya menyisiri
rambutku.
" Ada apa, Pa..? Ada masalah apa..?"
Aku tidak dapat menceritakannya.
Aku tidak mau menghancurkan
segalanya. Aku takut. Aku seorang
bapak rumah tangga yang baik.
Seperti yang pernah kuucapkan dulu.
"Aku hanya lelah. Itu saja." aku
berkata, seraya menurunkan tangan
dan tersenyum.
Isteriku membalas senyumanku. Ia
menarik kepalaku dan
menyandarkannya di dadanya.
" Maaf, Pa. Aku tak tahu. Tidur saja
ya ?"
Aku mengangguk. Aku memang lelah
sekali. Lelah di fisik dan otakku.
Kemudian aku tertidur sepuluh
menit kemudian.
Di kantor, keesokan harinya, semua
tampak kusut. Semua tampak
memikirkan kejadian kemarin. Semua
merasakan hal yang sama. Rasa
bersalah di dalam hati. Terutama
Erwin, yang menjadi pemicu awal.
Semuanya merasakan yang sama.
Dihantui. Bukan hanya aku ternyata,
semuanya menatap ke arah meja.
Semuanya membaca lagi huruf demi
huruf itu. Semuanya memandang ke
arah gambar yang sama. Gadis itu,
siapa lagi.
SEORANG GADIS DI BAWAH
UMUR MENJADI KORBAN
PERKOSAAN DAN
PEMBUNUHAN.
Saat itu semuanya sadar. Rasa
bersalah itu akan tetap ada. Rasa
bersalah dan kengerian. Rasa
menyesal saat kami sadar bahwa
kami semua punya waktu untuk
menghentikan segalanya. Waktu yang
lenyap karena kebutaan, karena
takut yang menopengi birahi setan
dan iblis. Gadis itu pasti
menyalahkan kami. Arwahnya pasti.
Karena kami ikut menidurinya. Ikut
meniduri calon bangkai itu. Bocah
yang itu. Gadis yang itu.
Dalam hatiku bertanya-tanya.
Pertanyaan serupa yang kukira
mereka ajukan pula di benak
mereka.
" Aku tidur dengan siapa malam
nanti.. apakah ia akan muncul lagi..
apakah aku bisa tenang malam ini..
lalu.. lalu.. dan lalu.. ?"

mustofa satrio 04 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/aku-tak-kuasa-menatap-matamu.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - AKU TAK KUASA MENATAP MATAMU

SARI,KAU MEMBUAT AKU PENASARAN...


Beberapa tahun lalu ketika
perusahaan tempatku bekerja
mendapatkan kontrak suatu proyek
pada sebuah BUMN besar di Bandung,
selama setahun aku ngantor di
gedung megah kantor pusat BUMN
itu. Fasilitas di gedung kantor ini
lengkap. Ada beberapa bank, kantor
pos dan kantin. Kantorku di lantai 3,
di lantai 1 gedung ini terdapat
sebuah toko milik koperasi pegawai
BUMN ini yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari, mirip
swalayan kecil. Ada 3 orang pegawai
koperasi yang melayani toko ini, 2
diantaranya cewek. Seorang sudah
berkeluarga, satu lagi single, 22
tahun, lumayan cantik, putih dan
mulus, mungil, sebut saja Sari
namanya.
Awalnya, aku tak ada niat
" mengganggu" Sari, aku ke toko ini
karena memang butuh makanan
kecil dan rokok. Sari menarik
perhatianku karena paha mulusnya
" diobral". Roknya selalu model mini dan
cara duduknya sembarangan. CD-nya
sempat terlihat ketika ia jongkok
mengambil dagangan yang terletak
di bagian bawah rak kaca etalase.
Aku jadi punya niat mengganggunya
(dan tentu saja ingin
menyetubuhinya) setelah tahu
bahwa Sari ternyata genit dan
omongannya "nyrempet-nyrempet".
Niatku makin menggebu setelah Sari
tak menunjukkan kemarahan ketika
beberapa kali aku menjamah paha
mulusnya dan bahkan sekali aku
pernah meremas buah dadanya.
Paling-paling ia hanya menepis
tanganku sambil matanya jelalatan
khawatir ada orang yang
melihatnya. Tentu ini ada "ongkosnya",
yaitu aku tak pernah minta uang
kembalian.
Agar bisa bebas menjamah, aku pilih
waktu yang tepat jika ingin membeli
sesuatu. Ternyata pada pagi hari
ketika toko baru buka atau sore
hari menjelang tutup adalah waktu-
waktu "aman" untuk mengganggunya.
Kenakalanku makin meningkat.
Mulanya hanya mengelus-elus paha,
kemudian meremas buah dada
(masih dari luar), terus
menyusupkan tangan ke BH (kenyal,
tak begitu besar sesuai dengan
tubuhnya yang sedang), lalu
menekan-nekan penisku yang sudah
tegang ke sepasang bulatan
pantatnya yang padat. Bahkan Sari
sudah "berani" meremas penisku
walau dari luar. Entah kenapa Sari
mau saja kuganggu. Mungkin karena
aku memakai dasi sehingga aku
dikiranya manager di BUMN ini,
padahal aku hanya staf biasa di
perusahaanku. Aturan perusahaan
memang mengharuskan aku pakai
dasi jika kerja di kantor klien.
Aku makin penasaran. Aku harus
bisa membawanya, menggeluti
tubuhnya yang padat mulus, lalu
merasakan vaginanya. Mulailah aku
menyusun rencana. Singkatnya, Sari
bersedia kuajak "jalan-jalan" setelah
jam kerjanya, pukul 5 sore. Tentang
waktu ini menjadi masalah. Walaupun
jam kerja resmiku sampai pukul 17,
tapi aku jarang bisa pulang tepat
waktu. Seringnya sampai jam 19
atau 20. Aku coba menawar jamnya
agak malam saja. Tak bisa, terlalu
malam kena marah mamanya,
katanya. Okelah, nanti cari akal
mencuri waktu. Pada hari yang
telah disepakati, Sari akan
menunggu di jalan "D" pukul 17.10. Dari
kantor ke jalan "D" memang makan
waktu 10 menit jalan kaki.
Pukul lima seperempat aku sudah
sampai di jalan D. Kulihat Sari
berdiri di tepi jalan, tapi tak
sendirian. Bu Maya (sebut saja
begitu) kawan sekerjanya yang
telah berkeluarga ada di
sampingnya. Celaka. Tadi Sari bilang
sendirian. Kalau bawa orang lain bisa
terbongkar belangku oleh kawan
kantor. Hal ini sangat kuhindari.
" Bu Maya cuma mau nebeng sampai
halte ", kata Sari seolah mengetahui
kekhawatiranku. Syukurlah. Tapi,
peristiwa ini harusnya tak
seorangpun boleh tahu.
" Tenang aja Mas.., rahasia dijamin, ya
Sari ", kata Bu Maya sambil mengedip
penuh arti.
Setelah menurunkan Bu Maya di
halte, aku langsung mengarah ke
Setia Budi. Kalau sudah ada cewek
duduk di sampingku, seperti biasa
mobilku langsung cari hotel, wisma,
guest-house, atau apapun namanya
yang bertebaran di daerah Setia
Budi. Daerah yang sudah beken di
antara para peselingkuh, sebab
sebagian besar tempat-tempat tadi
menyediakan tarif khusus, tarif
" istirahat" antar 3-6 jam, 75 % dari
room-rate.
Sari membiarkan tanganku
mengelus-elus pahanya yang makin
terbuka ketika duduk di mobil.
Penisku mulai bangun membayangkan
sebentar lagi aku bakal menggeluti
tubuh mulus padat ini.
"Ke mana Mas..", tanya Sari ketika
aku menghidupkan lampu sein ke
kanan mau masuk ke Hotel GE. "Kita
cari tempat santai..", jawabku."Jangan
ah. Lurus aja".
"Ke mana..", aku balik bertanya.
"Kata Mas tadi mau jalan-jalan ke
Lembang.. ".
Aku jadi ragu. Selama ini Sari
memberi sinyal "bisa dibawa", tapi
sekarang ia menolak masuk hotel.
Tanganku kembali ke pahanya,
bahkan terus ke atas meraba CD-
nya. "Ih, Mas.., dilihat orang",
sergahnya menepis tanganku.
Memang pada waktu yang
bersamaan aku menyalip motor dan
si pembonceng sempat melihat
kelakuan tanganku.
Kami sampai di Lembang. Aku
bingung. Tadi sewaktu aku mau
belok kiri ke Hotel "Kh" lagi-lagi Sari
menolak. Mau ngapain di Lembang?
Ke Maribaya? Ah, itu tempat
wisata, susah untuk "begituan". Lebih
baik mampir dulu buat minum sambil
mengatur taktik.
" Kita minum dulu ke sini, ya..?", ajakku
untuk mampir di tempat minum
susu segar yang biasa ditongkrongi
anak-anak muda.
" Mau minum susu? Engga.., ah.
Mendingan minum susu Sari aja..".
Aku tak heran, bicaranya memang
suka "nyrempet".
"Boleh..", kataku sambil memindahkan
tanganku dari paha ke belahan
kemejanya, menyusup ke balik BH-
nya, meremas. Tak ada penolakan.
Daging bulat yang 'mengkal'. Tak
begitu besar tapi padat. Puting
yang hampir tak terasa, karena
kecil. Celanaku terasa sesak. Sampai
di perempatan aku harus ambil
keputusan mau ke mana? Lurus ke
Maribaya. Kanan kembali ke Setia
Budi. Kiri ke arah Tangkuban Perahu.
Kulepas tanganku dari "susu segar"
Sari, aku belok kiri. Tangan Sari
kuraih kuletakkan di selangkanganku,
lalu tanganku kembali ke susu
segarnya. Tangannya memijit-mijit
penisku (dari luar). Berbahaya
sebenarnya. Kondisi jalan yang penuh
tikungan dan tanjakan sementara
konsentrasi tak penuh.
Hari mulai gelap, aku belum
menemukan solusi masalahku, di
mana aku akan menggumuli Sari? Di
tepi kanan jalan ke arah Tangkuban
Perahu itu banyak terdapat kedai-
kedai jagung bakar. Kubelokkan
mobilku ke situ, mencari tempat
parkir yang mojok dan gelap.
" Mau makan jagung?", tanyanya.
"Iya", jawabku. Makan "jagung"-mu.
Kuperiksa keadaan sekeliling mobil.
Gelap dan sepi. Segera kurebahkan
jok Sari sampai rata, kuserbu
bibirnya. Sari menyambut dengan
permainan lidahnya. Tanganku
kembali meremasi bukit kecil kenyal
itu sambil secara bertahap
mencopoti kancing kemejanya. Sari
melepaskan ciuman, bangkit,
memeriksa sekeliling.
" Jangan khawatir.., aman", kataku.
"Mau minum susu..?", tawarnya.
Tawaran yang naif, sebab
jawabannya begitu jelas. Sari
menarik sendiri sepasang 'cup'-nya
ke atas sehingga sepasang bukit
putih itu samar-samar tampak.
Dengan gemas kulumat habis-habisan
buah dadanya. Sekarang tonjolan
putingnya lebih jelas, karena
mengeras. Tanganku menyusup ke
balik CD-nya. Rambut kelaminnya
yang tak begitu lebat itu kuusap-
usap. Sementara ujung telunjukku
memencet clitorisnya.
" aahh", desahnya.
Tangannya kutuntun ke
selangkanganku. Ia meremas.
" Buka kancingnya Sar.." Sari menurut,
dengan agak susah ia membuka
kancing, menarik ritsluiting celanaku
dan "mengambil" penisku yang telah
keras tegang.
Beberapa menit kami bergumul
dengan cara begini. Sampai ketika
ujung jariku mulai masuk ke "pintu"
vaginanya, Sari berontak, bangkit,
lagi-lagi men-cek keadaan. Di depan
terlihat 2 orang pejalan kaki menuju
ke arah kami. Sari cepat-cepat
mengancingkan kemejanya,
kutangnya belum sempat dibereskan.
Sementara aku kembali ke
tempatku. Penisku masih kubiarkan
terbuka berdiri tegak. Toh tidak
akan kelihatan. Kami berlagak "alim"
sampai kedua orang itu lewat.
Kembali kami bergumul.
Keteganganku yang tadi sempat
turun oleh "gangguan" orang lewat,
kini naik lagi. Pintu vagina Saripun
sudah basah. Saatnya untuk mulai.
Kupelorotkan CD Sari. Tapi, masa
kutembak di mobil? Rupanya Sari
berpikiran sama.
" Jangan.., Mas.., banyak orang.."
"Makanya.., kita cari tempat, ya.."
Sari berberes sementara aku
menstart mobil. Aku menyetir
dengan posisi penisku tetap terbuka
tegang.
" Si joni udah engga tahan ya..", goda
Sari.
" Iyyaa.., sini..", kuraih tangannya
menuju ke penisku. Dielus-elus.
Tempat terdekat yang sudah
kukenal adalah Hotel "Kh", sedikit di
bawah Lembang. Dari jalan raya
kubelokkan mobilku masuk ke lorong
jalan khusus ke hotel Kh.
" Hee.., stop.., stop Mas..", serunya.
"Lho.., kita 'kan cari tempat..", aku
menginjak rem berhenti. Sari diam
saja.
" Di sini aman, deh Sar..".
"Udah malem.., Mas.., Lain kali aja
ya ?", Aku mulai jengkel. Si "Joni" mana
mau mengerti lain kali.
" Ayolah.., Sar, sebentar aja, sekali
aja.. ".
"Maaf Mas, lain kali saya mau deh..,
bener. Sekarang udah kemaleman.
Saya takut dimarahin Mama ", Aku
diam saja, jengkel.
" Bener.., Mas. lain kali saya mau..",
katanya lagi meyakinkanku.
Aku mengalah, toh masih banyak
kesempatan. Aku kembali menuju
Bandung. Kira-kira 100 m sebelum
hotel GE, kembali aku membujuk Sari
untuk mampir. Lagi-lagi Sari
menolak sambil sedikit ngambek. Aku
terus tak jadi mampir.
Sampai di jalan lurus menjelang
terminal Ledeng, macet sekitar
seratusan meter. Tempat ini
memang biasa macet. Selain keluar/
masuknya angkot, juga ada
pertigaan jalan Sersan Bajuri. Iseng
mengantre, kuambil tangan Sari ke
penisku yang masih belum "kusimpan",
Sari menggosoknya. Lepas dari
kemacetan tiba-tiba Sari memberi
tawaran yang nikmat.
" Mau dicium..?".
"Dengan senang hati".
Segera saja Sari membungkuk
melahap penisku yang sudah tegang
lagi. Kepalanya naik turun di
pangkuanku. Nikmatnya.., Baru kali ini
aku menyetir sambil dikulum. Aku
memperlambat jalan mobilku,
menikmati kulumannya sambil mata
tetap mengawasi kendaraan lain.
Sementara rasa nikmat menyelimuti
bawah badanku, deg-degan juga
dengan kondisi yang "aneh" ini. Sampai
di pertigaan jalan Panorama macet
lagi. Situasi ramai. Kuminta Sari
melepas kulumannya, banyak orang
lalu-lalang. Lepas dari kemacetan
kembali Sari memainkan lidahnya di
leher penisku. Ada untungnya juga
jalanan macet. Aku punya waktu
untuk menurunkan tensi sehingga
bisa bertahan lama. Oohh.., sedapnya
lidah itu mengkilik-kilik leher dan
kepala kelaminku. Nikmatnya bibir itu
turun naik menelusuri seluruh
batang penisku. Sayangnya, aku
harus membagi konsentrasiku ke
jalan.
Menjelang pertigaan Cihampelas Sari
melepas jilatannya, bangkit melihat
sekeliling.
" Sampai di mana nih?", tanyanya
terengah.
" Hampir Cihampelas", jawabku.
"Mampir ke Sultan Plaza.., ya Mas..".
"Mau ngapain?".
"Mama tadi pesan".
Okey, mendadak aku ada ide untuk
melepaskan ketegangan selepas-
lepasnya tanpa terpecah
konsentrasi. Aku masuk ke Plaza,
cari tempat parkir yang aman, di
belakang bangunan. Sengaja kupilih
tempat yang gelap. Kucegah Sari
membuka pintu hendak turun.
" Oh ya.., sini Sari rapiin". Kutarik
kepala Sari begitu ia membungkuk
akan merapikan celanaku.
" Terusin.., Sar..", perintahku.
Sari bangkit lagi. Kukira ia mau
menolak, tahunya hanya melihat
sekeliling. Aman. Kembali kepala Sari
turun-naik mengulum penisku. Kini
aku bisa konsentrasi ke rasa
nikmat di ujung penis. Sari memang
pintar berimprovisasi. Kelihatannya
ia sudah biasa ber-oral-seks.
Lidahnya tak melewatkan seincipun
batang kemaluanku. Kadang
ditelusuri dari ujung ke pangkal,
kadang berhenti agak lama di "leher".
Kadang bibirnya berperan sebagai
" bibir" bawahnya, menjepit sambil
naik-turun. Terkadang nakal dengan
sedikit menggigit. Aku bebas saja
mendesah, melenguh, atau bahkan
menjerit kecil, tempat parkir yang
luas itu memang sepi. Ketika
mulutnya mulai melakukan gerakan
"hubungan kelamin", perlahan aku
mulai "naik", rasa geli-geli di ujung
sana semakin memuncak. Saatnya
segera tiba.
" Dicepetin.., Sar..". Sari bukannya
mempercepat, malah melepas.
" Uh, pegel mulut saya..".
"Sebentar lagi.., Sar..".
Kembali ia melahap. Kali ini gerakan
kepalanya memang cepat. Aku
menuju puncak. Sari makin cepat.
Sebentar lagi.., hampir..! Sari
mempercepat lagi, sampai bunyi.
Hampir.., hampir.., dan "Creett",
Kusemprotkan maniku ke dalam
mulut Sari. Aku melayang.
" Uuhh" Sari melepaskan kulumannya,
"Crot..", kedua dan seterusnya ke
celana dan perutku.
" Iihh.., engga bilang mau keluar..,
jijik.. ", katanya sambil mencari-cari
tissu.Aku rebah terkulai. Sementara
Sari membersihkan mulutnya dengan
tissu.
Beberapa saat kemudian.
" Yuk.., Mas.., turun".
"Entar dong..", Aku bersih-bersih diri.
Celaka, noda yang di celana tak bisa
hilang.
" Kamu sendiri deh".
"Sama Mas dong..".
"Ini.., engga bisa ilang", kataku sambil
menunjuk noda itu.
" Bajunya engga usah dimasukin",
sarannya. Betul juga.
Akhirnya aku membayar belanjaan
Sari. Aku diminta ikut belanja
karena maksudnya memang itu. Aku
juga memberinya uang dengan
harapan agar lain kali bisa
kusetubuhi.
Esoknya ketika aku membeli rokok,
Sari kelihatan biasa saja tak
berubah. Masih genit dan sedikit
manja. Peristiwa semalam tak
mengubah prilakunya. Aku yang
makin penasaran ingin menidurinya.
Pernah suatu pagi sekali tokonya
belum buka tapi Sari sudah datang
sendirian sedang merapikan barang-
barang, kukeluarkan penisku yang
sudah tegang karena sebelumnya
meremas dadanya. Kuminta Sari
mengulumnya di situ.
" Gila..! entar ada orang".
"Belum ada.., ayo sebentar aja".
Diapun mengulum sambil was-was.
Matakupun jelalatan memperhatikan
sekeliling. Kuluman sebentar, tapi
membuatku exciting.
Setiap ada kesempatan untuk pulang
jam 5, aku selalu mengajak Sari.
Beberapa kali ia menolak. Macam-
macam alasannya. Sedang mens,
mau ngantar adik, ditunggu
mamanya. Sayang sekali, sampai Sari
pindah kerja aku tak berhasil
menidurinya.
Tapi kemarin, setelah hampir 2
tahun, aku ketemu Sari di BIP
berdua dengan teman cewek. Dia
rupanya sudah tidak bekerja di toko
koperasi itu lagi, sekarang kerja di
Bagian Administrasi di sebuah Guest
House. Jelas aku mencatat nomor
teleponnya. Letak tempat kerjanya
tak jauh dari kantor itu. Hanya,
kemungkinan ketemu kecil, sebab
proyekku di kantor itu telah selesai.
Aku penasaran!

mustofa satrio 04 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/sarikau-membuat-aku-penasaran.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

READMORE - SARI,KAU MEMBUAT AKU PENASARAN...
UNLIMITED DOWNLOAD 3GP BOKEP TERBARU CLICK DISINI......

NO HP CEWEK2 PANGGILAN GILA SEXS CLICK DISINI......

ALAMAT FACEBOOK< TWUITER, dan No HP CEWEK2 (AYAM KAMPUS) INDO CLICK DISINI......