MANAJER SEPAKBOLA RINDU KENIKMATAN


Andraningrum, manajer klub
sepakbola PSKBB, sedang pusing.
Sedang ada masalah dengan
keuangan klub PSKBB. Uang sponsor
dan bantuan dari pemerintah daerah
sudah tinggal sedikit, padahal
kompetisi baru sampai setengah
jalan. Gaji para pemain sudah 3
bulan tidak dibayar. Dan dia sudah
bolak-balik meminta bantuan ketua
klub PSKBB yang merangkap wakil
kepala daerah tempat PSKBB
bermarkas, tapi yang didapat cuma
janji demi janji. Sudah begitu, si
ketua klub malah melempar balik
tuntutannya, dengan bilang
seharusnya manajer yang cari duit
untuk klub. Padahal dia sudah nyaris
kehabisan akal mencari kesana-
kemari.
Memang tidak umum seorang
perempuan menjabat manajer klub
sepakbola. Drani, begitu panggilan
Andraningrum, adalah anak seorang
tokoh masyarakat setempat yang
dulu ikut mendirikan PSKBB dan
stadion di daerahnya. Sepeninggal
bapaknya, Drani kebagian mengurus
PSKBB sementara saudara-saudara
kandungnya meneruskan usaha
keluarga. Kehidupan pribadi Drani
sendiri kurang memuaskan, pada
umurnya yang ke-30 ini dia sudah
pisah ranjang dengan suaminya
karena beberapa masalah. Untuk
menghibur diri, Drani yang memang
gila bola dan sayang kepada klub
yang didirikan bapaknya terjun ke
dunia persepakbolaan secara serius,
sebagai manajer PSKBB dan juga
membina sekolah sepakbola.PSKBB sedang cukup berprestasi di
Liga, sedang berada di peringkat
ke-2 dan terus mengancam
kedudukan klub bermaskot singa
yang menjadi pemimpin klasemen.
Kalau semua lancar, bukan mustahil
PSKBB menyalip "Singa" dan menjuarai
Liga. Keberhasilan PSKBB musim ini
terutama disebabkan tiga pemain
asing baru asal Afrika, yang
terbukti mumpuni di lapangan dan
sulit dibendung lawan. Tapi harus
diakui ketiganya juga cukup
menguras kemampuan keuangan
PSKBB karena gaji mereka lumayan
tinggi. Ketika pemasukan seret dan
gaji tak lancar, ketiga pemain
Afrika itu mulai protes dan
terakhir mereka mengancam akan
pindah ke klub lain dan melaporkan
klub ke badan sepakbola dunia.
Setelah berpikir-pikir, Drani
mendapat satu cara agar
setidaknya bisa mempertahankan
ketiga pemain Afrika itu, sampai dia
mampu mencari tambahan
pemasukan dari sponsor atau
pemerintah.
*****
Sore hari, waktunya latihan. Para
pemain sedang mempersiapkan diri
untuk laga kandang melawan klub
tetangga yang suporternya dikenal
tak bermodal tapi sering membuat
kerusuhan. Drani sibuk berkoordinasi
dengan aparat untuk persiapan
penjagaan keamanan; suporter tim
tamu pasti akan datang ramai-
ramai dan mungkin bikin ribut, jadi
pengamanan harus seketat dan
sekeras mungkin. Sesudahnya, Drani
langsung menuju stadion.
Sesampai di stadion, Drani menemui
pelatih PSKBB, seorang mantan bek
tim nasional, dan memintanya
menyuruh ketiga pemain asing
menghadapnya di ruangannya. Si
pelatih menyanggupinya lalu masuk
ke lapangan untuk memanggil
mereka. Tapi sebelum bergerak, si
pelatih sempat berkomentar kepada
Drani.
"Cakep amat Bu, hari ini?" katanya
sambil nyengir.
"Bisa aja kamu. Mau ada perlu nih,"
jawab Drani.
*****
Tiga orang pemain asing PSKBB asal
Afrika sudah berkumpul di ruang
manajer. Yang pertama, Adama
Badou asal Pantai Gading. Dilihat dari
perawakannya, Adama tidak
istimewa, karena tubuhnya sama
besar dengan rata-rata pemain
lokal. Kelebihan Adama adalah pada
akselerasi dan kecepatan larinya,
yang membuat dia sangat
berbahaya sebagai pemain sayap
yang menyerang sepanjang pinggir
lapangan. Adama berwajah lumayan
ganteng dengan rambut cepak.
Pemain asing PSKBB yang kedua
adalah Francis Njona asal Kamerun.
Francis adalah pemain bertubuh
paling besar di PSKBB, perawakannya
lebih cocok jadi pegulat daripada
pemain sepakbola. Posisinya sebagai
bek tengah tak tergantikan, dan dia
dikenal tanpa kompromi dalam
menjegal dan menghadang penyerang
lawan. Selain bertubuh besar dan
gempal, Francis juga botak dengan
mata besar seperti selalu melotot;
wajahnya yang seram itu saja
sudah membuat pemain lawan yang
berhadapan dengannya gentar.
Yang ketiga adalah Ethan Rabiu asal
Nigeria, striker jangkung dengan
tinggi tubuh hampir 2 meter,
pencetak gol terbanyak bagi PSKBB.
Ethan tak terkalahkan dalam
perebutan bola di udara dan
sundulan mautnya sudah berkali-kali
memberikan kemenangan kepada
PSKBB. Rambut Ethan ditata
dreadlock dan dicat merah.
Suporter PSKBB selalu menunggu
selebrasi Ethan, yaitu menggendong
sesama pemain di punggung, yang
dilakukannya sesudah menjebol
gawang lawan.
Tiga pemain berkulit hitam itu
duduk-duduk dengan resah di dalam
kantor manajer, masih mengenakan
seragam PSKBB yakni kaos putih dan
celana hitam. Meskipun kontribusi
mereka besar kepada keberhasilan
PSKBB, tapi imbalan yang mereka
terima sedang seret. Gaji seluruh
pemain dan ofisial KBB memang
sudah tiga bulan tak dibayar. Ketiga
pemain asal Afrika itu digaji paling
besar, sehingga mereka pula yang
protes paling keras. Mereka sudah
menyatakan berbagai ancaman
kepada manajemen klub. Suporter
juga mendukung tuntutan mereka,
karena ketiganya termasuk pemain
favorit. Dan Drani sendiri masih
menginginkan mereka bertiga tetap
di PSKBB.
Pintu terbuka dan Drani masuk.
Adama, yang paling tua di antara
mereka bertiga, bertindak mewakili
teman-temannya dan langsung
membuka pembicaraan.
"Ibu Drani. Apa hari ini Ibu suda ada
keputusan tentang salary kami? I
hope you bring good news," kata
Adama dengan bahasa gado-gado,
campuran Indonesia dan Inggris
yang terdengar lucu karena
berlogat Afrika.
Sebetulnya Drani belum mendapat
kemajuan dalam pencarian dana.
Tapi dia merencanakan sesuatu
yang lain. Seperti tadi diperhatikan
si pelatih, hari itu Drani memang
sengaja tampil lebih cantik. Kalau
biasanya dia tampil dengan blazer
dan celana panjang seperti biasanya
wanita karier, hari ini Drani
mengenakan gaun biru tanpa lengan
yang memperlihatkan kulit pundak
dan lengannya yang putih mulus.
Drani memang berkulit terang
karena dia berdarah campuran,
ayahnya pribumi sementara ibunya
keturunan Tionghoa. Pinggangnya
yang masih ramping dibelit sabuk
putih lebar, sedangkan dadanya
terlihat membusung di balik gaun
biru yang dikenakannya. Kalau
biasanya Drani hanya mengenakan
make-up tipis, kali ini dia bersolek
lebih tebal, dengan eyeshadow
coklat tua dan lipstik pink. Dan
ketiga pemain Afrika itu
memperhatikan perbedaan
penampilan manajer mereka, mata
mereka tak lepas-lepas dari Drani
sejak Drani memasuki ruangan.
"Hmm… Saya masih berusaha," Drani
menyampaikan berita
mengecewakan. "But don't worry,
bulan depan pasti gaji kalian akan
turun."
Francis langsung mencibir, "Huuu!",
Ethan mendengus, dan wajah Adama
berubah kesal. "Ibu Drani," kata
Adama, "Come on, we not social
workers here? Kita main bola mau
dapat uang. I must send money to
my family. Mereka di sana tunggu-
tunggu saya kirim uang." Francis dan
Ethan mengangguk menyetujui.
"Iya, ngerti," kata Drani, "maaf ya.
Sorry. Mohon bersabar…"
"Sorry? Sorry don't feed my family,
boss," Adama terus berkomentar. Di
antara ketiganya, dia yang paling
banyak diincar klub lain untuk
ditransfer. "Kalau begini saya pindah
ke klub lain, maybe they pay me
more."
"Tapi saya punya tawaran lain," kata
Drani, sambil mendekati Adama.
Adama memandangi Drani, yang
sedikit lebih pendek daripada dirinya.
Drani dekat sekali dengan Adama
sehingga pemain sayap itu bisa
mencium wangi parfum yang dipakai
si manajer. Ketika memandangi
wajah Drani, Adama tidak bisa tidak
melirik juga ke belahan dada Drani
yang mengintip dari balik gaun
birunya.
"What kinda offer?" kata Adama.
Drani menjawab, "Seperti saya bilang.
Kalian akan dibayar bulan depan.
Saya tambah bonus lain, yang bisa
dinikmati sekarang. Bagaimana?"
Drani berkata seperti itu sambil
merapat ke tubuh Adama, sambil
tangannya merangkul pinggang
Adama yang kencang. Adama
langsung tahu apa maksud
manajernya itu.
"Is it worth it?" tanya Adama.
"Kita mulai bicarakan saja," kata
Drani, kemudian si manajer
berpindah merangkul leher Adama.
Detik berikutnya Adama merasakan
bibir lembut Drani menyentuh
bibirnya dalam sebuah ciuman.
Adama tak menolak dan dia
membalas ciuman hangat Drani,
sementara tangannya merangkul
tubuh Drani. Sepertinya Adama tidak
perlu diberitahu apa niat Drani,
karena dia langsung memanfaatkan
keadaan dengan meraba pantat
manajernya itu.
"Ibu Drani? What the hell is this?"
Ethan tidak langsung paham apa
maksud perbuatan manajernya. Tapi
Francis menyuruh Ethan diam dulu.
Drani melepas bibir Adama, lalu
berbisik kepada Adama, "I'm sure you
will like it," sementara tangan Drani
mulai nakal menjelajah ke celana
pendek Adama, menyentuh bagian
depan selangkangan si pemain sayap.
Adama tersenyum. "Saya coba dulu,"
katanya. Drani beberapa kali
meremas lembut benda yang mulai
membesar di balik celana Adama.
Drani pun tak buang-buang waktu,
dia langsung menarik turun celana
dan celana dalam Adama. Karena
sudah berencana berbuat seperti
ini, tadi Drani sudah bersiap-siap
dengan mengunci pintu. Ruang
manajer juga tak berjendela
sehingga tidak ada yang bisa
mengintip apa yang terjadi di dalam,
hanya empat orang manusia itu
saja yang tahu.
Kejantanan Adama yang sudah
setengah keras pun terlihat. Drani
pun jadi tahu, bahwa yang bilang
batang orang Afrika paling panjang
itu tidak sepenuhnya benar.
Kemaluan Adama dilihatnya sama
saja ukurannya dengan barang
mantan suaminya, hanya saja yang
ini kelihatan lebih gemuk. Tak apa.
Sambil tersenyum, Drani mulai
mengelus-elus batang hitam itu
agar makin keras dan besar.
"Buka baju. Biar tamba keras," suruh
Adama, yang sudah paham apa
maunya Drani. Drani memerosotkan
bagian bajunya yang menggantung di
bahu, sehingga sepasang
payudaranya yang berukuran 34C
terbebas dari kungkungan dan
melambung menantang si pemain
asal Afrika.
"Whooo…" Francis yang sedari tadi
diam saja mulai bergerak, mendekat.
" Nice," komentarnya. Tangannya yang
besar dan hitam terangkat, seperti
mau menjamah payudara Drani, tapi
Francis kemudian ragu dan
mengurungkan niatnya. Drani
menengok ke arah Francis dan
tersenyum. "Mau? Boleh kok…" Drani
mengizinkan.
Diberi kesempatan, Francis tidak
menyia-nyiakan. Bek asal Kamerun
yang bertumbuh kekar itu langsung
menjulurkan tangan lagi, memegang
payudara si manajer. Tangan
Francis yang besar mencengkeram
dan memijat-mijat daging dada
putih Drani dan mencubiti kedua
puting Drani sampai menegang
akibat terangsang. Francis terus
mengucel-ucel payudara Drani
sementara Adama menonton. Dan
akibatnya, kejantanan Adama bangkit
sampai mencapai panjang
maksimalnya. Drani pun berlutut di
depan Adama dan mendekatkan
mukanya ke batang hitam yang
baru menggeliat bangun itu.
Drani menjilat sekujur batang dan
kepala penis Adama. Meskipun dia
sudah berpengalaman dengan laki-
laki, baru kali ini dia melihat
"senjata"-nya orang Afrika. Ukurannya
ternyata tak jauh beda dengan milik
pribumi. Rambut kemaluan Adama
juga keriting seperti rambut di
kepalanya. Drani menengok ke
samping dan melihat gundukan di
balik celana Francis, dan dilihatnya
juga Ethan si jangkung mulai
memegang-megang batangnya
sendiri. Drani lalu meneruskan
membasahi sekujur batang Adama.
Lalu, sambil mengelus-elus biji pelir
Adama, Drani mulai memasukkan
penis Adama ke dalam mulutnya,
pelan-pelan.
Rasa dan bau tongkol orang Afrika
beda, pikir Drani. Dari mereka
bertiga, Adama yang badannya paling
kecil. Gimana yang lain? Hiii…
Akhirnya Drani sampai juga ke
batas, mengulum seluruh penis
Adama sementara hidungnya sampai
menyentuh jembut Adama.
Dikulumnya penis panjang itu
beberapa lama, lalu dia mundur
pelan-pelan sambil mengambil nafas.
Drani terus mundur sampai akhirnya
batang Adama keluar lagi.
"Do it again," perintah Adama. Dan
Drani memang mau melanjutkan. Dia
kembali mengisap tongkol hitam itu,
lidahnya menari-nari seputar batang
yang tegang. Dijilatnya cairan yang
mulai meleleh keluar dari lubang.
Drani berusaha lagi menelan seluruh
penis Adama, sambil menyedot,
berusaha mendapatkan apa yang dia
inginkan.
Adama tidak bisa tahan terlalu lama
karena keahlian Drani, dan dia
menggerung, memberi tanda akan
ejakulasi. Semburan benih panasnya
muncrat di dalam mulut si manajer.
Drani menelan semuanya dan
menjilati sisa-sisanya sebelum
akhirnya melepas penis Adama yang
melemas dari mulutnya. Adama
mengeluarkan suara-suara tanda
keenakan dan memuji kemampuan
manajernya menyepong. Drani
merasakan sperma yang rasa dan
baunya berbeda itu, kurang enak
menurutnya. Dia berusaha menahan
reaksi mual agar tidak terkesan
tak suka.
Ethan yang sedari tadi menonton
dan Francis yang sudah kebagian
memegang-megang kini mendekati
Drani. Tanpa disuruh, keduanya
memelorotkan celana masing-masing
dan memamerkan barang mereka di
depan Drani. Drani menatap kagum.
Francis seukuran dengan Adama,
walaupun karena tubuhnya besar,
milik Francis jadi berkesan lebih
kecil; sementara kejantanan Ethan
pas dengan postur tubuhnya yang
jangkung, panjang, lebih panjang
beberapa senti daripada teman-
temannya. Drani seumur hidup belum
pernah melihat penis sepanjang itu.
Bisa tidak dia menelan yang ini?
Drani mengangkat kedua tangannya
dan memegangi kedua tongkol Afrika
itu, membanding-bandingkan.
Tangannya yang putih kontras
dengan batang-batang yang coklat
tua itu. Drani menaikkan penis
Francis dan melihat kantung
pelirnya yang besar dan berambut,
menggantung di bawah. Drani lalu
memiringkan kepala dan menjilati
sekujur biji Francis, sehingga
Francis menggerung keenakan.
Kemudian Drani beralih ke Ethan.
Drani menjilati satu sisi batang
Ethan yang panjang itu dari pangkal
sampai ujung, lalu di sisi satunya
dari ujung sampai pangkal.
Drani kemudian membuka mulut
lebar-lebar dan mengulum kepala
burung Francis. Sungguh
pemandangan yang erotis, wajah
putih Drani ditancapi penis hitam
Francis, seorang perempuan cantik
berkulit terang berlutut di depan
seorang laki-laki berkulit hitam dan
berwajah seram. Francis meraih
kepala Drani dan menariknya ke
depan sehingga penisnya makin jauh
menerobos rongga mulut si
manajer. Sementara itu, tangan
Drani menggosok-gosok kejantanan
Ethan. Saking panjangnya, perlu dua
tangan untuk dapat menggenggam
seluruh batang si striker jangkung.
Waktu penis Francis sudah masuk
sejauh mungkin, Drani berhenti
sebentar untuk bernafas. Hidung
Drani nyaris menempel ke jembut
dan perut Francis, dan Drani
mencium aroma tubuh orang Afrika
yang beda. Pelan-pelan Drani
menggerakkan kepalanya maju-
mundur, mulutnya menyetubuhi
batang hitam Francis.
Drani lalu melepaskan sebentar
penis Francis dari mulutnya, lalu dia
meludah ke telapak tangan sendiri.
Telapak tangannya yang basah itu
kembali melanjutkan tugas
merangsang barang milik Ethan.
Setelah melumuri seluruh batang
yang panjang itu, Drani berganti
menawarkan kelembutan bagian
dalam mulutnya ke Ethan, sedangkan
tangannya untuk Francis. Sambil
membelai-belai biji pelir Francis,
Drani mulai mencoba mengulum
sekujur penis Ethan. Tidak bisa,
rupanya. Terlalu panjang.
"Yeah… That's fishin' great…" Ethan
keenakan disepong oleh Drani. "Can
you suck all of it, bitch?" Ethan
mendorong pinggulnya ke depan,
memaksa batangnya yang panjang
itu masuk lebih jauh, sambil
mencengkeram kepala Drani dan
mendesaknya mendekat. Tetap saja
ada beberapa senti bagian
pangkalnya yang tak masuk,
sementara Drani mulai tersedak dan
matanya berkaca-kaca. Drani
terbatuk ketika ujung burung Ethan
menyodok pangkal tenggorokannya.
Mulut Drani terus naik-turun
menyepong Ethan. Gede dan panjang
banget! pikirnya. Mulutnya mulai
pegal selagi dia berusaha mengulum
seluruh batang itu. Sekali-sekali dia
tersedak. Ethan terus melenguh
keenakan.
"Hey, isep punya saya juga," Francis
merasa diabaikan, lalu memaksa
Drani melepas penis Ethan. "I wanna
fish your mouth. Open." Ganti
Francis yang mencengkeram kepala
Drani, lalu memaksanya mendekat.
Selama beberapa menit kemudian,
mulut Drani disetubuhi Francis. Tiap
dorongan pinggul Francis membuat
kantong pelir si bek yang besar
menggantung itu menampar dagu
Drani. Dan setelah beberapa lama,
baik Francis maupun Ethan yang
kebagian permainan tangan Drani
belum juga menunjukkan tanda-
tanda akan keluar. Tubuh Francis
dan Ethan yang sama-sama besar
membuat Drani terlihat kecil sekali;
mata kedua pemain Afrika itu tak
lepas dari tubuh seksi Drani,
terutama kedua payudaranya yang
sudah tak tertutupi. Kulit putih
yang mulus, rambut hitam yang
jatuh terurai di bahu. Drani
memperhatikan tatapan mereka dan
membuka kancing di punggung
gaunnya, sehingga gaun itu pun
merosot ke lantai memperlihatkan
seluruh figurnya. Si manajer kini
tinggal mengenakan kalung berlian
yang berkilau, anting, dan celana
dalam. Adama yang sedang tidak
dilayani pun jadi tegang kembali
kejantanannya. Si pemain sayap itu
duduk di meja, mengocok barangnya
sendiri, sambil tersenyum
memperlihatkan sebaris gigi putih.
Sekarang di depan Drani ada dua
kejantanan, milik Francis di dalam
mulutnya dan milik Ethan yang
menunggu giliran. Ethan menyuruh
Drani menyervis dua-duanya
sekaligus. Drani mengeluarkan
tongkol Francis dari mulutnya dan
menengok ke atas, menceletuk
"Mana bisa?" tapi toh dia
menggenggam kedua batang itu dan
mencoba menelan keduanya
sekaligus. Agak susah. Jadi dia jilat
kepala dua zakar itu kemudian dia
coba lagi, buka mulut lebar-lebar.
Lalu pelan-pelan dicobanya menelan
dua penis hitam sekaligus. Cuma
muat sampai kepalanya. Francis
bertepuk tangan dan nyengir.
Akhirnya Drani terpaksa
mengeluarkan milik Ethan dan
melayani Francis saja. Tak lama
kemudian Francis juga mengeluarkan
benihnya di dalam mulut Drani. Drani
merasakan mulutnya penuh, tidak
hanya dengan batang besar Francis,
tapi juga cairan hangat yang keluar
dari sana. Sebagian sampai
berleleran keluar dari mulut.
Francis baru mengeluarkan anunya
dari mulut Drani setelah puas.
Giliran Ethan. Tapi Ethan juga sudah
cukup lama menahan burungnya
muncrat; baru saja Drani mulai
menyervisnya lagi dengan menjilat
dari bawah ke atas, si striker
jangkung sudah berejakulasi.
Berhubung posisinya masih ada di
luar, jadilah mani yang keluar itu
tumpah ke rambut dan dahi Drani.
Drani sendiri mulai resah gara-gara
membayangkan hal-hal lain. Gede
banget… hitam, besar, berurat… Di
mulut aja susah muatnya… apalagi di
bawah sana?
"Ahh… Nggak muat?" gumam Drani,
terhanyut dalam khayalan.
"Ibu Drani," kata Adama, "Cuma ini
tawarannya?"
Drani melihat Adama tersenyum
sinis.
"You want more?" tanya Drani.
"Of course," jawab Adama dengan
yakin. Kedua temannya juga
mengangguk.
"Siapa mau duluan?" tanya Drani lagi
sambil tersenyum genit. Tanpa
berunding dulu, Adama maju. Drani
menyuruhnya berbaring di lantai.
Adama duduk di lantai, membuka
kaos, lalu berbaring seperti disuruh
Drani. Kejantanannya sudah tegang
lagi. Drani melepas celana dalamnya
lalu mengangkangi badan Adama,
menempatkan vaginanya di atas
penis Adama. Batang yang keras itu
rebah di atas perut Adama yang
berotot, dan Drani menggesek-
gesekkan rekahan memiawnya di
sekujur batang itu. Drani menaikkan
badan sedikit dan menggenggam
zakar Adama. Ditempatkannya kepala
burung hitam itu di lubang puki-nya,
dan pelan-pelan diturunkanlah
badannya. Kedua pemain lain, Francis
dan Ethan, menyaksikan kemaluan
teman mereka menerobos
kewanitaan manajer tim PSKBB.
"OH! Ohh… aa enakh… Adama… gede
banget!" Drani menceracau mesum
ketika vaginanya dimasuki Adama.
Padahal belum semuanya masuk.
Drani mengangkat sedikit pinggulnya,
lalu menurunkan lebih jauh lagi.
Vaginanya terdesak makin dalam
oleh penetrasi si pemain sayap.
Cairan kewanitaannya membanjir.
"AH! Aaa… ah, hah… aduh… dapet… ehh…"
Drani tiba-tiba mendapat klimaks,
gara-gara dia keburu
membayangkan dient*t oleh orang-
orang Afrika itu sejak tadi. Cairan
memiawnya membanjir membasahi
penis Adama. Tapi dia terus
menunggangi kejantanan Adama
dalam posisi woman on top. Adama
pelan-pelan mulai mengimbangi
kebinalan manajernya, menyodok-
nyodok lubang kenikmatan
manajernya yang becek.
Francis berdiri dan berjalan ke
belakang Drani sambil melepas kaos.
Tubuhnya yang hitam gempal
terlihat menyeramkan, namun bagi
Drani yang mulai terhanyut birahi,
itu hanya membuatnya
membayangkan hal-hal lain. Francis
meludahi tangannya sendiri lalu
mengocok kemaluannya sampai
tegang, lalu berjongkok di belakang
Drani yang sedang menggoyang
rekan satu timnya. Drani menjerit
sejenak ketika merasakan jari
Francis bermain di lubang anusnya.
Di situ? Francis? Dengan ukuran
seperti tadi? Aduh mak! Tapi Drani
malah sengaja menggoyangkan
bokongnya, mengundang Francis
untuk berbuat hal-hal lain. Dan
terjadilah. Francis menyiapkan
senjatanya di depan pintu belakang
Drani, siap menerobos masuk.
Pelan-pelan Francis memasukkan
tongkolnya ke dubur Drani. "UUAAGHH!"
Drani mengerang selagi Francis
berusaha menjolokkan seluruh
batangnya ke dalam. Drani basah
kuyup berkeringat akibat ulah kedua
pejantan Afrika yang
menyetubuhinya. Adama
menggenggam erat pinggangnya dan
menyodok keras-keras ke atas.
Drani menjerit selagi sodokan tadi
berhasil memasukkan seluruh batang
Adama ke dalam vaginanya, sampai
ke pangkal.
"AAA! fish ME!!" jerit Drani kepada
kedua orang Afrika itu. Ethan, yang
belum kebagian, bergerak ke depan
Drani dan menyodorkan kemaluannya
yang sampai berdenyut karena tak
tahan. Drani menelannya tanpa
ragu-ragu, sedalam mungkin sampai
kepala burung Ethan menyodok
pangkal tenggorokannya. Satu
batang zakar hitam menggempur
kewanitaan Drani dari bawah, dan
satu lagi yang sama hitamnya
meluncur keluar-masuk lubang
pantatnya. Dan satu lagi, yang lebih
panjang dibanding yang lain,
disodokkan ke dalam mulutnya.
Penuhlah ketiga lubang Drani dengan
daging lelaki.
Keluhan "MMMFFF!!" keluar dari mulut
Drani yang disumpal penis. Dia
sedang mendesak ke bawah
menggencet Adama sementara
kejantanan Francis sedang masuk
sedalam-dalamnya dari belakang.
Ethan terus mengent*t mulut
Drani. Drani tiba-tiba mulai dirayapi
rasa gemetar selagi klimaks mulai
melanda.
"AAAFFFMMMM!!" jerit Drani dengan
mulut masih tersumbat. Teriakan
yang terdengar seksi itu membuat
Ethan tak tahan dan ikut mengalami
orgasme, ejakulasinya yang panas
dan lengket mulai membasahi rongga
mulut Drani. Dengan kasar Ethan
menjambak rambut Drani dan
mencengkeram kepala Drani,
memaksa si manajer menelan semua
buangannya. Drani hanya bisa pasrah
karena tak mampu melepaskan
kepalanya, padahal dia mulai
kehabisan nafas dan tersedak
karena terlalu panjangnya zakar
Ethan. Tapi Ethan tak juga
melepasnya walaupun Drani mulai
tersengal-sengal sambil tangannya
menepuk-nepuk paha Ethan, minta
dilepas. Si striker jangkung itu
malah tersenyum jahat,
berkomentar, "Suck it, bitch!" sambil
terus menembakkan peluru-peluru
cairnya di dalam mulut. Drani
merasa mulutnya pegal, muak
dengan rasa peju Ethan, tapi dia
tak bisa lepas; matanya sampai
berkaca-kaca ketika dia mendelik ke
atas seolah minta dikasihani Ethan.
Tapi Ethan malah kelihatan
kesenangan melihat Drani seperti
tersiksa itu. Dia baru melepas Drani
ketika tongkolnya sudah melemas.
Setelah dilepas, Drani terbatuk-
batuk sambil menutup mulut dengan
tangan, sebagian mani Ethan
terdorong keluar. Sambil terengah-
engah, Drani melihat cairan kental
putih kekuningan berbau tak enak
yang tertadah di tangannya. Ingin
dia memuntahkan semua yang
barusan dia telan, tapi pikirannya
keburu diserbu sensasi dari bawah
dan belakang. Adama dan Francis
belum selesai. Tubuh Drani
terguncang-guncang akibat kuatnya
gerakan kedua pemain berkulit
hitam yang perkasa itu, yang makin
lama makin cepat. Keduanya sudah
mulai tak tahan. Adama
menyodokkan penisnya sejauh
mungkin ke dalam vagina Drani, dan
menyemburkan peju hangat di dalam
rahim Drani. "Uuuooohhh!" Francis
menggerung keras selagi dia ikut
menyemprotkan benihnya di dalam
pantat Drani. Seperti Ethan
sebelumnya, ejakulasi kedua pria itu
lama sekali dan banyak, memenuhi
tubuh Drani dengan benih asing,
sementara Drani kembali kejang-
kejang dilanda orgasme. Akhirnya
Drani roboh kelelahan ke dada
Adama. Adama dan Francis
mencabut senjata masing-masing
dari tubuh manajer mereka.
Peju mengalir dari lubang pantat
Drani yang masih sedikit menganga,
dari rekahan kewanitaannya yang
meregang, dan dari sela-sela
bibirnya. Si manajer cantik itu
terkapar, terengah-engah, di atas
tubuh Adama, menikmati sensasi
disetubuhi tiga laki-laki dari benua
hitam sambil berusaha
mengendalikan lagi pikirannya. Dia
merasakan tangan Adama
menyentuh wajahnya.
"Bole juga tawarannya, Ibu Drani,"
kata Adama sambil terengah-engah.
"Kami bisa dapat ini kapan saja?"
"Bagaimana… hhmm… kalau setiap kali
menang?" Drani menawarkan. Adama
balik menawar, "Hmm… Bagaimana
kalau sesudah tiap kali main? Any
result?"
Drani berpikir sebentar,
membayangkan kenikmatan yang dia
sendiri dapatkan barusan, lalu otak
profesionalnya kembali berjalan dan
dia pun tidak mengalah. "Kalian
dibayar supaya PSKBB juara, jadi
bonus hanya dikasih kalau ada
kontribusi. Hanya kalau menang.
Take it or leave it. Setuju?"
Wajah Adama yang ganteng itu
terlihat berpikir, lalu tersenyum.
"Deal," katanya.
*****
Dua hari kemudian, dalam
pertandingan liga, PSKBB menang 3-1
atas tim tamu dari kota sebelah.
Ketiga gol dicetak lewat sundulan
Ethan Rabiu setelah menyelesaikan
operan akurat Adama Badou dari
sayap kanan, sementara satu-
satunya gol balasan tim tamu
datang dari penalti pada menit-
menit akhir pertandingan akibat
pelanggaran sangat keras terhadap
striker mereka oleh Francis Njona,
palang pintu PSKBB. Njona memang
dikartu merah karena pelanggaran
itu, tapi sampai dia dikeluarkan,
striker lawan sudah babak belur
karena tidak mampu melewati
penjagaan ketat si bek asal
Kamerun. Pendukung PSKBB
bersorak-sorai mengelu-elukan
ketiga pemain asing tim mereka;
berkat kemenangan ini, posisi PSKBB
di klasemen naik menggeser tim
"Singa" dari puncak. Suporter tim
lawan yang tak bermodal tapi suka
merusuh berusaha membuat
keributan dengan mengajak
tawuran, tapi pengamanan yang
cukup ketat menggagalkan usaha
mereka.
Seusai pertandingan, Manajer
Andraningrum memberikan bonus
kemenangan yang sudah dia janjikan
kepada ketiga pemain asing itu.
Selama satu jam di ruang manajer
ketiganya dapat menikmati kembali
tubuh sang manajer. Drani kembali
terengah, merintih, menggeliat,
mengerang seksi ketika
menyerahkan tubuhnya untuk
dinikmati tiga laki-laki yang sudah
berjasa bagi tim sepakbolanya.

mustofa satrio 03 Mar, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/03/manajer-sepakbola-rindu-kenikmatan.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

UNLIMITED DOWNLOAD 3GP BOKEP TERBARU CLICK DISINI......

NO HP CEWEK2 PANGGILAN GILA SEXS CLICK DISINI......

ALAMAT FACEBOOK< TWUITER, dan No HP CEWEK2 (AYAM KAMPUS) INDO CLICK DISINI......