SHIN CHAN DAN PERMEN ENAK XXX

Sudah satu minggu ini Shin Chan
melihat papanya secara diam-diam
mengambil botol ungu dari atas
lemari obat didapur dan meminum
sebutir obat warna merah dari
dalamnya. Setiap kali Shin Chan
bertanya pada papanya, ia selalu
memperoleh jawaban yang tak
memuaskan. Shin Chan berpikir
bahwa yang diminum papanya setiap
akan berangkat kerja itu adalah
permen yang sangat enak rasanya
dan disembunyikan darinya. Timbullah
keinginannya untuk mencoba obat
yang dikiranya permen enak itu.
Sepulang sekolah ia langsung ke
dapur karena lapar. Lalu ia mencoba
berteriak memanggil mamanya tapi
ia hanya mendengar jawaban
samar-samar dari belakang.
Mamanya meminta Shin Chan untuk
sabar menunggu karena beliau masih
sibuk mencuci pakaian. Duduk di
depan meja makan pandangannya
tertuju pada lemari obat yang ada
dipojok dapur. Dilihatnya juga sebuah
botol ungu diatasnya.
"Uhh, lapar begini paling enak makan
permen dulu ya", katanya dalam hati.
Otaknya berputar mencari cara
meraih botol ungu yang terlalu
tinggi dari jangkauannya. Akhirnya ia
mengambil kursi tinggi dan berhasil
meraihnya. Di botol itu tertera
"Penis Enlargement", (pembesar
kelamin), tapi Shin Chan tak tahu
maknanya dan dianggapnya isinya
adalah permen manis. Ketika akan
membuka didengarnya suara
mamanya mulai mendekat ke dapur.
Dengan buru-buru ia mengambil 2
butir dari dalam botol itu lalu
ditutup dan dikembalikan ketempat
asalnya. Sambil mengunyah 2 butir
obat yang dikiranya permen itu ia
mendorong kursi ketempat semula.
"Hmm, rasanya manis, enak", katanya
dalam hati.
"Shin Chan, kamu makan apa?", tanya
mamanya ketika melihat anaknya
lagi mengunyah sesuatu.
"Permennya Papa", jawab Shin Chan
santai tanpa rasa bersalah.
Tanpa memikirkan soal permen itu,
mamanya Shin Chan kemudian
menyiapkan makan siang Shin Chan.
Sejak saat itu bila Shin Chan harus
menunggu untuk makan siang ia
pasti akan mengambil dan
mengunyah permennya Papa tanpa
sepengetahuan siapapun. Meskipun
tidak setiap hari ia mengambil
permennya Papa tapi setiap
pengambilan bisa 2 sampai 3 butir.
Hal itu ia lakukan selama hampir 3
bulan. Papa Shin Chan yang banyak
disibukkan pekerjaan kantor tak
pernah curiga akan singkatnya
persediaan obatnya karena sering
lupa dan selalu membeli lagi setelah
habis.
Shin Chan sendiri tak pernah
merasakan efek dari obat itu
karena ia sama sekali tak mengerti.
Efek yang ditimbulkan permen yang
dikunyahnya adalah pembesaran alat
kelamin pria hanya pada saat
ereksi. Oleh karena Shin Chan kecil
belum pernah ereksi maka ia pun
tak merasakan apa-apa.
Suatu sore hari ketika Shin Chan
menonton TV bersama mamanya, ia
melihat penyanyi wanita yang hanya
mengenakan bikini.
"Ma, Mama, yang nyanyi cantik ya
Ma", kata Shin Chan pada mamanya.
"Cantik mana sama Mama?", tanya
mamanya.
"Cantik Mama dikit, tapi banyakan
penyanyi itu", jawab Shin Chan
santai.
"Ehh, Shin Chan nakal ya", teriak
mamanya.
"Kalau begitu nanti nggak kubuatkan
mie kesukaanmu", sambung mamanya.
"Ma, Mama, buatkan mie-nya dong",
rengek Shin Chan berkali-kali tanpa
dihiraukan mamanya.
"Mama cantik kok, Mama lebih cantik
dari penyanyi itu, sungguh Mama
tambah cantik lagi kalau buatin Shin
Chan mie kesukaan Shin Chan", rayu
Shin Chan pada mamanya.
Akhirnya luluh juga hati mamanya
mendengar rengekan dan rayuan
anaknya semata wayang itu.
"Iya Shin Chan, Mama akan buatkan
tapi nanti ya", ujar mamanya.
"Shin Chan mau sekarang Ma, Mama
buatin sekarang dong, Shin Chan
lapar sekali", rengek Shin Chan lagi.
Tak tahan mendengar rengekan Shin
Chan, mamanya langsung ke dapur
dan menyiapkan mie kesukaan Shin
Chan.
"He, hehe, Shin Chan akan makan
enak", katanya dalam hati sambil
menonton goyangan penyanyi-
penyanyi cantik di TV.
"Uhh, asyiik cantik-cantik goyang
ngebor, ayo terus ngebor", kata Shin
Chan dalam hati sambil terus
mendekat ke arah TV dengan
tengkurap.
Tanpa disadarinya, kemaluan Shin
Chan bergeser dengan karpet yang
ada dilantai. Semakin asyik, Shin
Chan mengikuti irama lagu di TV dan
menggerak-gerakkan pinggulnya.
Semakin lama ia merasakan rasa
yang enak kemaluannya ketika
bergesek dengan karpet.
"Uhh, enaak, ayo terus goyang", kata
Shin Chan.
Tiba-tiba kemaluan Shin Chan
bertambah besar karena ereksi.
Semakin lama semakin besar hingga
panjangnya sekitar 20 cm, sebuah
ukuran panjang kemaluan yang
berlebihan untuk anak seusia Shin
Chan. Karena celana Shin Chan
ukurannya pas-pas-an untuk anak
seukuran Shin Chan maka Shin Chan
menjerit kesakitan karena
kemaluannya yang panjang itu
menabrak dan terjepit karet
celananya.
"Aduh, Aduh, Mama, Mama sakit Ma",
jerit Shin Chan pada mamanya.
Terkejut Mama Shin Chan langsung
berlari ke ruang tengah dan
mendapat Shin Chan lagi terlentang
kelimpungan dengan tonjolan
celananya yang sangat besar.
"Kamu kenapa? Mana yang sakit?",
tanya mamanya pada Shin Chan
kebingungan.
"Ini Ma, burung Shin Chan kejepit
celana, tolong Ma, aduh sakit", teriak
Shin Chan sambil meringis dan
memegang burungnya.
Sekilas Mama Shin Chan juga melihat
tontonan TV yang masih
memperlihatkan goyangan-goyangan
erotis dari penyanyinya. Mengertilah
Mama Shin Chan tapi tetap heran
dengan besarnya tonjolan burung
Shin Chan. Untuk mengurangi rasa
sakit jepitan celana pada burung
Shin Chan maka mamanya
melorotkan celana Shin Chan yang
lagi terlentang. Bertambah
terkejutnya Mama Shin Chan
setelah melihat burung Shin Chan
yang berdiri tegak dengan ukuran
melebihi milik suaminya. Dipegang dan
diusap-usap burung Shin Chan oleh
kedua tangan mamanya yang
lembut.
"Enaak Ma, terus.", kata Shin Chan
nakal sambil tersenyum lega.
"Shin Chan, ini akibatnya kalau kamu
lihat TV yang seperti gituan", teriak
mamanya dengan muka merah dan
segera mematikan TV.
"Mama, Mama, maafin Shin Chan.",
rengek Shin Chan hampir menangis.
Tapi tetap saja burung Shin Chan
berdiri tegak karena usapan
mamanya. Mamanya Shin Chan tahu
bahwa untuk menidurkan kembali
burung Shin Chan ia harus
menyudahi usapannya pada burung
itu, tapi karena ia belum pernah
melihat dan memegang penis pria
sebesar itu maka dengan ia masih
tetap berlama-lama menatap dan
mengusap burung anaknya. Melihat
jam dinding, dengan berat hati ia
meninggalkan Shin Chan dan ke
dapur untuk menyiapkan makan
malam suaminya yang akan tiba dari
pulang kerja tak lama lagi.
"Ma, Mama, gimana ini, Shin Chan kok
ditinggal", teriak Shin Chan.
"Lepas dulu aja celanamu, duduk dan
tunggu aja, kalau burungmu sudah
tidur pakai lagi celanamu", teriak
mamanya dari dapur.
"Hihihi, dingin-dingin empuk", tawa Shin
Chan sambil memijat-mijat
burungnya sendiri.
Lupa akan perintah mamanya, Shin
Chan lari berputar-putar diruang
tengah tanpa celana menirukan aksi
superhero kesayangannya ketika
membasmi kejahatan.
"Hmm, mana monster-monster jahat
itu biar kutembak dengan senjata
baruku ini", teriak Shin Chan
memegang burungnya dan
memainkannya bak senjata.
Kelakuan Shin Chan yang belum tahu
apa-apa ini, membuat burungnya
tetap saja berdiri tegang tak mau
segera tidur. Tapi Shin Chan malah
senang karena punya mainan baru.
Mama Shin Chan yang telah usai
menyiapkan makan malam keluarga,
kembali ke ruang tengah untuk
melihat kondisi anaknya.
"Ma, Mama, ayo Ma main superhero
lawan monster, Shin Chan jadi
superheronya, Mama jadi
monsternya ya", teriak Shin Chan
pada mamanya.
"Shin Chan kamu kok nakal banget
sih, disuruh duduk kok malah lari-
lari", teriak mamanya tak dihiraukan
Shin Chan yang lagi asyik main
dengan berlarian.
Mamanya berusaha menangkap Shin
Chan untuk dipaksa duduk tenang,
tapi Shin Chan malah menganggapnya
bermain-main dan tetap terus
menghindar dari tangkapan
mamanya lalu sesekali memegang
burung dan mengarahkannya pada
mamanya sambil beraksi menembak.
"Dor, dor, dor", teriak Shin Chan.
Gemas campur marah mamanya Shin
Chan mengancam tak memberinya
mie, tapi Shin Chan nakal sudah tak
mendengarkan lagi ancaman
mamanya yang sudah dianggapnya
monster yang berusaha
menangkapnya.
"Ayo monster kalau bisa tangkap
Super Shin Chan", ujar Shin Chan.
Mendengar kata-kata Shin Chan,
mamanya punya akal untuk
menangkapnya.
"Awas Super Shin Chan kalau
ketangkap akan kuberi pelajaran",
kata mamanya Shin Chan berlagak
jadi monster.
Lalu mamanya Shin Chan segera
mematikan lampu diruang tengah
sehingga kondisinya menjadi remang-
remang.
"Mama, Mama Shin Chan takut,
nyalain lagi lampunya", jerit Shin Chan
ketakutan sehingga tak mampu
beranjak dari tempatnya berdiri.
Tiba-tiba dua tangan mamanya
sudah menangkap tubuhnya dari
belakang.
"Hehehe, ketangkap kamu", ujar
mamanya Shin Chan dengan suara
monster.
"Mama, Mama mainnya sudahan", ujar
Shin Chan sambil merobohkan dirinya
diatas karpet ruang tengah.
"Mamamu sudah tak ada, yang ada
hanyalah monster yang akan
memberimu pelajaran", kata
mamanya bak monster jahat yang
siap menerkam mangsanya.
Merasa tertantang, keberanian Shin
Chan muncul kembali mengingat ia
punya senjata pamungkas yaitu
burungnya yang masih berdiri.
"Super Shin Chan tidak takut sama
monster jelek, sini biar kutembak",
teriak Shin Chan dengan memegang
dan mengarahkan burungnya ke
arah wajah mamanya yang
mendekat.
"Aku bukan monster jelek tapi
monster cantik dan tak takut
dengan senjatamu, terimalah
pelajaran dariku", ucap mamanya Shin
Chan langsung menangkap dan
menjilati burungnya Shin Chan yang
mengarah kemukanya.
Shin Chan yang tak berdaya melepas
tangannya dari burungnya dan
terlentang mengaduh.
"Aduh, aduh, geli Ma, geli Ma".
Tak mendengarkan rintihan Shin
Chan, mamanya terus menjilati dan
mengulum batang kemaluan Shin
Chan. Kuluman maju mundur pada
ujung batang kemaluan Shin Chan ia
tambahkan kocokan dengan
tangannya pada pangkal batang
kemaluan Shin Chan.
"Uhh, uuh, mmh, Ma, Ma, en, en,
enaak", ucap Shin Chan terbata-bata.
"Teruus Ma, iya gitu, mmh, uhh, lagi
Ma, mmff", kata Shin Chan yang
membuat mamanya makin
mempercepat kuluman dan kocokan
pada batang kemaluan Shin Chan.
"Ma, Ma, Sin, Sin, Shin Chan mau.",
belum habis ucapan Shin Chan,
batang kemaluannya berdenyut
hebat mengeluarkan cairan putih
dan langsung menyemprot kedalam
kerongkongan mamanya.
"Mmmh, mmh.", suara mamanya
sambil terus menyedot batang
kemaluan Shin Chan dan menelan
cairan putih itu seperti menyedot
plastik sedotan ketika minum es
juice sirsak.
"Mama, Mama kok doyan sih Shin
Chan pipisin", ujar Shin Chan setelah
lepas mulut mamanya dari batang
kemaluannya.
"Shin Chan, itu tadi bukan pipis tapi
peluru dari senjata Shin Chan yang
harus dimakan oleh monster", kata
mamanya Shin Chan dengan kalem.
Bersamaan dengan itu terdengar
suara telpon dan ternyata dari
papanya Shin Chan yang
memberitahu istrinya bahwa ia akan
lembur malam ini hingga tengah
malam.
Dengan sangat kecewa, mamanya
Shin Chan menutup gagang telepon.
Ia kecewa karena hasrat nafsunya
yang tinggi setelah bermain dengan
Shin Chan hingga basah celana
dalamnya ternyata tak dapat ia
lampiaskan bersama suaminya yang
akan pulang larut malam.
"Mama, Mama siapa yang nelpon
kita?", tanya Shin Chan yang masih
belum bercelana meski burungnya
sudah kembali pada ukuran semula.
"Itu tadi papamu, pulangnya akan
malam. Kamu cepat pakai celanamu,
makan lalu segera tidur", perintah
mamanya dengan nada agak keras
sambil kembali menyalakan lampu
ruangan tengah.
Di kamar tidur, Shin Chan yang
bersiap-siap menuju ke pembaringan
bercakap-cakap dengan mamanya.
"Mama, Mama besok disekolah akan
aku tunjukkan senjataku pada
teman-teman".
Mamanya langsung menjawab.
"Shin Chan kamu tidak boleh
menunjukkan senjatamu itu,
senjatamu itu hanya boleh kamu
tunjukkan sama Mama saja, dan
jangan sekali-sekali cerita pada
papamu atau orang lain, ngerti?".
"Memangnya kenapa Ma?", tanya Shin
Chan tak puas.
"Kalau kamu ceritakan dan tunjukkan
sama orang lain, Mama nggak mau
lagi main sama kamu dan Mama
nggak akan membuatkan mie
kesukaan Shin Chan", jawab mamanya
yang direspon dengan anggukan oleh
Shin Chan.
Ditempat tidur Shin Chan masih
bingung dengan apa yang dikatakan
mamanya tadi.
"Mama curang, masa senjata kok
nggak boleh dikeluarkan, eh tapi
kalau nggak dituruti nggak bisa
dapat mie dan nggak bisa main, wah
nggak asyik ".
Gemericik air terdengar oleh Shin
Chan dari arah kamar mandi. Shin
Chan nakal segera bergegas
membuka selimut lalu turun dari
tempat tidurnya.
"Uhh, Mama mandi, ngintip ahh,
seperti apa sih Mama punya
senjata? punyaku kalah nggak ya?",
pertanyaan dalam benak Shin Chan.
Di dalam kamar mandi yang hanya
ditutup separuh itu terlihat
mamanya Shin Chan sedang
telanjang sambil menunggu tingginya
air dalam bathtub. Berdiri
bersandarkan dinding kamar mandi
tangan kanan mamanya Shin Chan
mengusap-usap daerah kemaluannya
sendiri dan sesekali memasukkan
jari tengahnya kedalam vaginanya.
Sementara itu tangan kirinya
meremas payudaranya sambil
memejamkan mata membayangkan
burungnya Shin Chan.
Shin Chan yang sedang mengintip
keheranan melihat senjata mamanya
yang hanya berupa lubang kecil yang
ditumbuhi rambut-rambut halus
tanpa ada moncongnya seperti
miliknya. Lebih heran lagi ketika
melihat payudara mamanya.
"Uhh, Mama punya 2 senjata, tapi
kok diatas ya?", pertanyaan dalam
benak Shin Chan.
Merasa ingin lebih jelas ia bergerak
lebih maju tapi badannya menyenggol
pintu kamar mandi sehingga
mengejutkan mamanya.
"Shin Chan, kamu kok nakal sekali",
teriak mamanya.
Dengan nyengir di bibir Shin Chan
berkata"Mama, Mama maafin Shin
Chan".
Berhadap-hadapan dengan mamanya
yang telanjang, piyama Shin Chan
mulai terbuka bagian bawahnya
karena tertonjol oleh batang
kemaluan Shin Chan yang berdiri
mengeras. Hal itu tak luput dari
pandangan mamanya.
"Shin Chan kamu harus diberi
pelajaran lagi karena nakal, kesini
dan buka piyamamu", perintah
mamanya.
Shin Chan yang ketakutan hanya
menuruti perintah mamanya. Dengan
telanjang bulat ia masuk kedalam
kamar mandi dan berdiri tepat
didepan mamanya.
Dengan tinggi badan Shin Chan,
mukanya tepat menghadap pada
daerah kemaluan mamanya.
"Mama, Mama mana senjatanya yang
seperti punya Shin Chan?", tanya
Shin Chan.
"Senjataku nggak kelihatan karena
ada didalam, coba lihat", jawab
mamanya Shin Chan.
"Mana, nggak kelihatan?", tanya Shin
Chan.
"Memang nggak, tapi bisa
mengeluarkan peluru, coba rasakan
dengan lidahmu", perintah mamanya
Shin Chan dengan menarik kepala
Shin Chan hingga lidahnya menyentuh
bibir vagina mamanya.
"Ohh, Shin Chan rasakan lubangnya
dan masukin dengan lidahmu",
perintah mamanya.
Lidah Shin Chan akhirnya menemukan
lubang vagina mamanya dan tanpa
diperintah lagi bergerak-gerak
secara bebas dalam liang
kenikmatan mamanya.
"Ahh, terus Shin Chan, lagi, jangan
berhenti ohh.", ucap mamanya sambil
mendesah keenakan.
Tarikan tangan Mama semakin erat
memegang kepala Shin Chan
membuat Shin Chan agak gelagapan.
"Cepat Shin Chan, Mama mau keluarin
pelurunya, ahh.", desah mamanya
sambil menggelinjangkan tubuhnya.
Shin Chan merasakan semprotan
kecil yang hangat dari dalam liang
kenikmatan mamanya dan berusaha
menelannya.
Selepas itu mereka berdua mandi
bersama dalam bathtub yang telah
terisi air hangat. Berdekapan
dengan mamanya, tangan Shin Chan
yang nakal meremas-remas
payudara mamanya. Shin Chan kecil
duduk dipangkuan mamanya,
burungnya yang makin mengeras
bergeseran dengan perut mamanya.
Shin Chan terus meremas semua
bagian tubuh mamanya yang sudah
merebahkan tubuhnya. Seperti
mendapatkan mainan baru, tubuh
Shin Chan yang berada diatas tubuh
mamanya bergerak keatas kebawah
sambil merasakan rasa enak pada
bagian burungnya karena
bersentuhan dan bergeser dengan
tubuh mamanya. Mamanya Shin Chan
membiarkan tingkah polah anaknya
pada tubuhnya menunggu
tertumpuknya hasrat nafsu yang
tak akan dibendungnya.
"Shin Chan, ayo kita adu senjata Shin
Chan dengan senjata Mama", ajak
mamanya Shin Chan.
"Mama, Mama gimana caranya?",
tanya Shin Chan bingung.
"Masukin aja senjata Shin Chan
kedalam lubang yang Shin Chan
masuki lidah tadi, nanti didalam akan
beradu sendiri", jawab mamanya
menjelaskan.
"Ayo, ayo Ma, diadu, tapi yang kalah
tandanya apa Ma?", tanya Shin Chan
kembali.
"Yang mengeluarkan peluru duluan
yang kalah", jawab mamanya.
Mama Shin Chan kemudian mengatur
posisi tubuh Shin Chan yang berada
diatasnya agak ke belakang sehingga
batang kemaluan Shin Chan tepat
berada diatas vaginanya. Dipandu
oleh tangan mamanya, ujung batang
kemaluan Shin Chan masuk sedikit
kedalam lubang vagina mamanya.
"Shin Chan ayo dorong biar masuk
terus", ucap mamanya sudah tak
sabar.
"Mama, Mama rasanya geli", jawab
Shin Chan polos.
Ditariknya tubuh Shin Chan oleh
mamanya sehingga seluruh batang
kemaluan Shin Chan masuk dalam
vagina mamanya.
"Ahh, ah.", desah mamanya merasakan
kenikmatan gesekan burung Shin
Chan dengan liang kenikmatannya
yang lain dibandingkan burung milik
suaminya.
"Uhh, mmh, mmff, enaak Ma", kata
Shin Chan kegirangan.
"Shin Chan, cepat kamu maju mundur
tapi jangan sampai lepas ya
senjatamu", perintah mamanya lagi.
Menuruti kata-kata mamanya, Shin
Chan terus melakukan gerak maju
dan mundur dan semakin lama
semakin cepat hingga membuat
gelombang yang lumayan dalam
bathtub.
"Shh, aah, terus Shin Chan", desah
mamanya.
"Mmh, mmff, iya Ma", kata Shin Chan
mengiyakan.
Beberapa saat kemudian Shin Chan
berkata.
"Mama, Mama aku mau keluarin
pelurunya".
"Tahan Shin Chan.", ucap mamanya
sambil mempercepat gerakan
tubuhnya untuk mengimbangi gerak
maju mundur Shin Chan.
Lalu didekapnya tubuh Shin Chan
yang sudah kelihatan tak dapat
menahan ejakulasinya.
"Mamaa..", ucap Shin Chan lirih
dibarengi rasa denyutan dari batang
kemaluannya.
Satu sentakan aliran cairan hangat
dari batang kemaluan Shin Chan
segera dirasakan oleh dinding-dinding
liang kenikmatan mamanya.
Lalu mamanya menggendong tubuh
Shin Chan kecil yang sudah
didekapnya. Dalam gendongan
mamanya yang dalam posisi berdiri
Shin Chan menguncikan kakinya pada
bagian belakang tubuh dan kaki
mamanya agar tak jatuh. Dalam
gendongan mamanya ini Shin Chan
merasakan tubuhnya digoyang keras
oleh mamanya sehingga gesekan
yang ia rasakan pada batang
kemaluannya semakin ia rasakan
enaknya. Sehingga meluncurlah
peluru-peluru berikutnya tak
tertahankan lagi. Sementara itu
mamanya juga merasakan sensasi
yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya sehingga iapun mencapai
puncaknya. Gelinjang tubuh mamanya
seakan tak mau berhenti
mengeluarkan segalanya dari dalam
liang kenikmatannya yang terdalam.
Setelah melepas gendongan tubuh
Shin Chan, mamanya kembali
berbaring kedalam bathtub untuk
mengistirahatkan tubuhnya.
Sementara Shin Chan sambil
menangis langsung kembali ke
kamarnya setelah mengenakan
piyama karena merasa kalah.

mustofa satrio 28 Feb, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/02/shin-chan-dan-permen-enak-xxx.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

UNLIMITED DOWNLOAD 3GP BOKEP TERBARU CLICK DISINI......

NO HP CEWEK2 PANGGILAN GILA SEXS CLICK DISINI......

ALAMAT FACEBOOK< TWUITER, dan No HP CEWEK2 (AYAM KAMPUS) INDO CLICK DISINI......