GELORA TERPENDAM DALAM JIWA


Selepas SMU, aku tinggal dengan
salah satu keluarga dari ortu aku
di ibu kota propinsi. Maksudnya
untuk mempermudah mencari
pekerjaan karena ortu aku gak
sanggup membiayai sekolahku lebih
tinggi lagi. Karena tidak punya
keahlian apa-apa dan tanpa
pengalaman kerja, maka aku ikut
kursus komputer dulu supaya bisa
bekerja di bagian IT. Kata orang,
bagian ini banyak membutuhkan
karyawan. Karena kegiatanku hanya
mengikuti kursus maka aku
mempunyai banyak waktu luang.
Daripada bengong, pada waktu luang,
aku mengantarkan balita anak
keluarga dimana aku numpang untuk
ikut semacam play group yang
diselenggarakan oleh satu LSM
agama.
Sekolahnya hanya 3 jam, makanya
aku tungguin aja sampe selesai
sekolahnya, daripada mondar mandir
ngabisin bensin motor. Lagian disana
banyak juga ibu-ibu yang nungguin
anaknya sekolah. Sembari nunggu ya
apa lagi yang bisa dikerjakan selain
ngerumpi. Karena aku bukan ibu-ibu,
sering aku males ikutan ngerumpi
dengan para ibu-ibu itu, karena
yang dirumpiin adalah gosip tentang
artis, ato ngomongin ibu-ibu yang
laen, yang kebetulan gak nganter.
Bosen kan kalo aku mesti ikutan
ngegosip kaya gitu. Aku seringnya
diem aja dan dicuekin sama ibu-ibu
yang laen.
Pagi itu, selagi makan bakso aku
duduk didepan rumah sebelah
sekolah itu. Kebetulan gak ada ibu-
ibu yang ngerumpi didepan sekolah.
Rumahnya besar juga, cuma sepi
seakan gak ada penghuninya. Selagi
makan bakso, keluarlah seorang
bapak-bapak, wah ganteng juga,
tinggi dan tegap badannya, atletislah
pokoknya. Suka aku ngeliat si bapak
ganteng itu. Dia membuka pintu
pagernya dan menyapaku.
"Kok makannya disitu, kan deket
tong sampah".
"Gak apa kok pak", jawabku sambil
memberikan senyumku yang paling
manis.
"Duduk diteras aja yuk, aku juga mo
makan bakso kok", dia pesen
semangkok dan mempersilahkan aku
masuk.
Aku ikutan masuk kerumahnya,
mumpung lagi sepi, kalo enggak
pasti aku akan digosipin ma ibu-ibu.
"Pak, gak enak nih, nanti saya jadi
sumber gosip ibu-ibu".
"Kan kita cuma duduk diluar aja, gak
masuk ke rumah. Kalo ada ibu yang
laen, nanti aku tawarin makan
bakso juga deh biar gak digosipin.
Aku Pramono".
"Saya Dina pak".
Sambil makan bakso kami ngobrol
aja, sampe selesai makan bakso gak
ada ibu-ibu yang menampakkan diri.
Ngobrol ma si bapak menyenangkan
sekali, mana orangnya ganteng,
pinter cerita yang lucu-lucu sampe
aku terpingkel-pingkel. Memang sih,
guyonannya mengarah ke hal-hal
yang berbau sex, tapi biasanya kan
guyonin sex malah asik kan. Dia
seorang pengusaha, keluarganya
tinggal dikota laen karena isterinya
harus meneruskan usaha ayahnya
yang telah meninggal dunia. Jadi si
bapak tinggal sendirian dirumah
yang besar itu. Sebulan sekali dia
pulang kerumah istrinya. Nyetor kali.
ketika sekolah dah bubaran, aku
pamit.
"Besok-besok kita ngobrol lagi ya
pak, itu anak yang saya tungguin
dah selesai sekolahnya".
"Dah tinggal aja mangkok baksonya,
aku yang bayar sekalian. Boleh
dapet nomer hpnya gak Din".
Aku memberikan nomer hpku, dan
meninggalkan rumah itu.
"Makasih ya pak buat baksonya".
Aku memboncengkan anak yang
kujemput dan melambai ke si bapak
yang nungguin aku dipintu pagernya.
Sejak pertemuan itu beberapa kali
aku ngobrol dengan si bapak karena
kayaknya dia jadi nungguin aku pada
hari aku nganter sekolah. Memang
sekolahnya gak tiap hari. Cuma
mesti kucing-kucingan sama ibu-ibu
yang laen supaya gak digosipin, kalo
rame ya aku cuma memandangin dia
dari jauh aja, si bapak mengerti
dengan kondisi itu. Pada pertemuan
terakhir, si bapak bilang.
"Din, biar kita ngobrolnya lamaan,
kamu kesininya jangan pas sekolah
dong. Kan gak ada ibu-ibu yang liat
kamu ngobrol dengan aku".
"Liat aja ya pak, Dina belon bisa
janji".
"Nanti deh aku kontak kamu di hp".
Besoknya ada sms dari si bapak
yang minta aku dateng kerumahnya.
Aku jawab gak ada motor karena
dipake yang punya rumah. Dia jawab
lagi, naik taksi aja, nanti dia yang
bayar. Karena dia mendesakku
terus, akhirnya aku iyakan
ajakannya.
Aku pamit ma keluargaku mo ke
rumah temen dan menuju ke rumah
si bapak pake taksi. Dia dah nunggu
didepan rumah. Dia membayar
ongkos taksinya, lalu mengajakku
masuk kerumahnya. Dia menutup
pintu rumahnya.
"Kok sepi pak rumahnya, gak ada
pembantu?"
"Pembantu kan gak tiap hari
datengnya, 2 hari sekali, kerjanya
cuma mbersihin rumah dan setrika
pakean. Cuci pakean kan pake mesin
cuci. Untuk makan aku siapin sendiri,
seringnya kan aku makan diluar ".
"Ketika ngobrol ma Dina, Dina gak
pernah liat tuh ada pembantu".
"Dia kan kerja didalem, kita kan
ngobrolnya diluar".
"Hari ini bukan jadwalnya pembantu
kerja ya pak".
"Enggak, biar gak ganggu acara kita",
dia tersenyum.
"Mangnya kita mo bikin acara apa
pak".
"Gak ada apa-apa kok, cuma mo
ngobrol bebas aja, Kamu tu seksi
sekali deh Din".
Wah mulai ngegombal ni bapak.
Memang sih, aku kalo jemput tu
anak suka pake blus dan jins yang
ketat sehingga bentuk bodiku
tercetak dengan jelas. Dari sononya,
dadaku dihiasi dengan sepasang
toket yang montok dan kenceng,
pinggangku ramping dan pantatku
membulat, sehingga kalo aku jalan,
pantatku ngegeyol mengikuti irama
langkahku. Pahaku juga langsing
proporisonal lah dengan tinggi
badanku yang rata-rata.
"Masak sih pak, rasanya Dina biasa-
biasa aja deh".
"Toket kamu besar ya Din, asik dong
pacar kamu".
"Dina gak punya pacar kok pak".
"Di kota asalmu juga gak ada?"
"Ada, cuma pacaran jarak jauh kan
gak sik pak".
"Mangnya ngapain aja kalo pacaran".
"Ya biasalah pak, kayak bapak gak
pernah muda aja".
"Ramah dong".
"Maksudnya", aku gak ngerti arah
ucapannya.
"Rajin menjamah maksudnya".
Aku senyum-senyum saja.
"Suka diremes-remes kan. Mana
tahan cowok kamu liat toket
montok gini".
"Ihhh bapak, tau aja".
"Kan kamu yang bilang kalo aku kan
pernah muda juga. Mo nonton dvd
gak Din, ada film seru neh".
"Seru pa saru pak", aku guyon.
"Seru dan saru, aku pasang ya".
Ternyata yang dipasang adalah dvd
bokep, prempuannya orang Asia, Thai
kayanya, kecil, imut dan lelakinya
bule.
"Ih pak, bule punya gede panjang
gitu ya, apa muat tuh di ceweknya
yang imut banget".
"Ceweknya bukan imut, tapi
bersebelahan ma bule tinggi besar
ya jadi kliatan imut".
Aku terangsang juga melihat adegan
ngemut yang sedang dilakukan si
cewek.
"Suka ngelakuin gini juga ma cowok
kamu".
Aku terdiam menikmati adegan demi
adegan yang sangat merangsang. Dia
rupanya tau kalo aku dah mulai
terangsang, dia menggeser duduknya
ke sebelahku di sofa.
"Dah napsu ya Din. Prempuan yang
kumisan kaya kamu pasti napsunya
besar".
Memang diatas bibir mungilku ada
kumis halus yang cukup jelas
terlihat. Aku biarkan saja kumis
halus itu sebab kalo dicukur
khawatirnya jadi makin kasar. Mana
lagi kumis gak merusak
penampilanku kok, malah si bapak
seneng kayanya ma kumisku.
"Bapak sok tau ah".
"Tuh buktinya kamu, baru liat bokep
sebentar aja, duduknya dah gak
tenang, dah gatel ya Din".
Aku dirangkulnya, pipiku diciumnya.
"Kamu cantik Din", ketika aku menoleh
kearahnya dia langsung saja
menyamber bibirku dengan bibirnya.
Aku diciumnya dengan penuh napsu.
"Aku terangsang sekali deh Din liat
bodi kamu seksi gini".
"Pak….", aku hanya melenguh saja
karena kembali bibirku dikulumnya
dengan penuh napsu.
Tangannya segera menyamber
toketku, dielusnya pelan dari luar
blusku. Aku jadi menggelinjang,
melihat aku menggelinjang, dia mulai
meremas pelan toketku sehingga
aku makin menggelinjang. Pinter
sekali dia merangsang napsuku.
"Dah lama gak ngelakuin ya Din".
"Ngelakuin apa pak?".
"Maen".
"Maen apa pak?", aku pura-pura gak
ngerti arah pertanyaannya.
"Ngentot", katanya to the point.
"Ya mo ngelakuin ma siapa pak, kan
cowok Dina gak disini".
"Ma aku aja ya", kembali dia
mengulum bibirku sembari meremas
gemas kedua toketku bergantian.
Tangannya kemudian mulai
mengelus-elus pahaku. Pahaku
dikangkangkan dan elusannya
mengarah keselangkanganku. Karena
masih pake jins tebal, gosokan di
selangkanganku gak terlalu terasa.
Dvd bokep makin seru, si bule lagi
ngegenjot kontol gede panjangnya di
memek ceweknya. Aku sudah
terangsang sekali karena tontonan
dvd dan elusan tangan si bapak.
"Lepasin ya pakean kamu, biar
kerasa elusanku", dia tau rupanya
kalo gesekan diselangkanganku gak
terlalu terasa.
Tanpa menunggu jawabku, dia
menarik blusku ke atas. Aku
mengangkat kedua tanganku ke
atas juga untuk mempermudah dia
melepaskan blusku. Dia melotot
melihat toketku yang tertutup bra
yang kayanya gak muat menampung
semuanya.
"Din, montok banget deh kamu",
katanya sembari melepas kaitan
braku.
Terpampanglah toket montokku
didepan matanya. Pentilku yang imut
dielus-elusnya dengan telunjuknya.
"Sering diemut tapi masi imut ya Din
pentil kamu".
Aku makin menggelinjang karena
elusan di pentil aku. Dia
mendekatkan mukanya ke pentilku
dan mulai menjilatinya, tangan satu
langsung meremas toketku satunya.
"Aaaah pak..," kembali aku melenguh
karena ulahnya.
Pentilku langsung mengeras.
"Pentil kamu dah ngaceng tuh Din",
dia langsung mengemut pentilku dan
disedot-sedotnya, sementara
tangannya mulai mengelus-elus
puserku yang terbuka karena jinsku
yang model hipster.
"Pak, geli…", lenguhku lagi.
"Geli apa napsu".
"Dua-duanya pak".
"Lepas juga ya jins kamu".
Aku hanya menggangguk. Dia
membuka ban pinggangku, kemudian
kancing jins dibukanya, ritsluiting
diturunkan, dan dia mulai menarik
jinsku. Karena ngepas badan
memang tidak mudah melepas
jinsku. Aku mengangkat pantatku
untuk mempermudah dia
melepasnya. Ketika jinsku terlepas,
dia melotot lagi melihat jembutku
yang menyeruak dari samping kanan
kiri dan bagian atas cd miniku yang
tipis.
"Wah lebat banget jembut kamu Din,
aku dah duga. Prempuan yang
kumisan pasti jembutnya lebat, dan
napsunya gede banget". Kamu dah
napsu ya Din".
"Dari tadi pak, abis tangan bapak
nakal sih", jawabku manja.
Dia memelukku dan tangannya
meluncur ke toketku. Jarinya
kembali menelusuri toketku, dielus-
elusnya dengan lembut. Aku terdiam,
napasku makin memburu terengah.
Pentilku dikilik-kiliknya dengan
jarinya sehingga tambah mengeras.
"Paak", lenguhku.
Dia langsung saja meremes-remes
toketku dengan penuh napsu. Aku
bersandar di dadanya yang bidang.
Dia kembali menciumi leherku
sementara kedua toketku terus
saja diremes-remes, sehingga
napsuku makin berkobar. Dia segera
mengecup bibirku. Kubalas dengan
ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya
menjalar didalam mulutku
sementara tanganku segera turun
mencari kontolnya. Kuusap-usap,
terasa sekali kontolnya sudah
ngaceng berat, keras sekali. Segera
ikat pinggangnya kubuka, celananya
kubuka. Dia berdiri sehingga celana
panjangnya meluncur ke lantai.
Kontolnya yang besar itu nongol
dari bagian atas CD nya yang mini,
hampir menyentuh pusernya saking
panjangnya. Kami segera bergelut.
Dia terus meremas-remas toketku
sementara aku mengocok kontolnya.
"Pak, keras banget, gede lagi", kataku
sambil jongkok didepannya, melepas
cdnya dan menciumi kontolnya dan
menghisap daerah sekelilingnya
termasuk biji pelernya.
"Aah Din, kamu pinter banget bikin
aku nikmat", erangnya.
"Aaaduuuuuhh…. Din….. enak banget
emutanmu".
Kontolnya kujilati seluruhnya
kemudian kumasukkan ke mulutku,
kukulum dan kuisep-isep. Kepalaku
mengangguk-angguk mengeluar
masukkan kontolnya di mulutku. Aku
makin terangsang ketika mengemut
kontol besarnya. Akhirnya dia gak
tahan lagi. Bajunya dilepaskannya
sehingga dia telanjang bulet, sedang
aku masih memakai cd miniku yang
tipis nerawang. Aku ditariknya ke
kamarnya, sebelumnya dvd dimatikan
karena sudah tidak kutonton sejak
dia mulai meraba-raba tubuhku. Aku
dibaringkannya diranjang. Sambil
terus meremas-remas toketku
tangan satunya mempermainkan
jembutku yang lebat dari luar cdku.
"Pak, geli", erangku.
"Geli apa nikmat Din", tanyanya.
"Dua-duanya pak, Dina dientot dong
pak, udah kepengin banget nih",
kataku to the point.
Tangannya menyusup ke punggungku
sambil mengecup bibirku.
"Din kamu napsuin banget deh",
katanya sambil melepas cdku.
Aku mengangkat pantatku sehingga
cdku dengan mudah meninggalkan
tempatnya.
Dia langsung saja menindihku.
Kontolnya diarahkan ke belahan
nonokku yang sudah basah dan
sedikit terbuka, lalu dia menekan
kontolnya sehingga kepala kontolnya
mulai menerobos masuk nonokku.
Aku mengerang keenakan sambil
memeluk punggungnya. Dia kembali
menciumi bibirku. Lidahnya menjulur
masuk mulutku lagi dan segera
kuisep-isep. Sementara itu dia
terus menekan pantatnya pelan-
pelan sehinggga kepala kontolnya
masuk nonokku makin dalam dan
bless……
Kontolnya sudah masuk setengahnya
kedalam nonokku.
"Aah, kontol bapak nikmat banget
deh", erangku sambil mencengkeram
punggungnya.
Kedua kakiku kulingkarkan di
pinggangnya sehingga kontol
besarnya langsung ambles semuanya
di nonokku.
"Pak, ssh, enak pak, terusin", erangku.
Aku menggeliat-geliat ketika dia
mulai mengeluarmasukkan kontolnya
di nonokku. Aku mengejang-
ngejangkan nonokku meremes-remes
kontolnya yang sedang keluar masuk
itu.
"Din nikmat banget empotan nonok
kamu", erangnya.
"Kencang sekali empotannya, mana
peret lagi".
"Terang saja peret pak, Dina baru
sekali ini ngerasain kontol sebesar
bapak punya keluar masuk nonok
Dina".
"Mangnya kontol cowok kamu kecil
ya Din".
"Ketika itu si rasanya gede pak, tapi
dah ngerasain kontol bapak, kayanya
kecil banget deh kontol cowok Dina".
Dia memelukku dan kembali menciumi
bibirku, dengan menggebu-gebu
bibirku dilumatnya, aku mengiringi
permainan bibirnya dengan membalas
mengulum bibirnya. Terasa lidahnya
menerobos masuk mulutku. Dia
mengenjotkan kontolnya keluar
masuk makin cepat dan keras, aku
menggeliatkan pinggulku mengiringi
keluar masuknya kontolnya di
nonokku. Setiap kali dia
menancapkan kontolnya dalam-dalam
aku melenguh keenakan. Terasa
banget kontolnya menyesaki seluruh
nonokku sampe kedalem. Karena
lenguhanku dia makin bernapsu
mengenjotkan kontolnya. Gak bisa
cepet-cepet karena kakiku masih
melingkar dipinggangnya, tapi
cukuplah untuk menimbulkan
rangsang nikmat di nonokku.
Kenikmatan terus berlangsung
selama dia terus mengenjotkan
kontolnya keluar masuk, akhirnya
aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di
pinggangnya terlepas dan
kukangkangkan lebar-lebar.
Posisi ini mempermudah gerakan
kontolnya keluar masuk nonokku dan
rasanya masuk lebih dalam lagi.
Tidak lama kemudian aku memeluk
punggungnya makin kera.
"Pak, Dina mau nyampe".
"Kita bareng ya Din", katanya sambil
mempercepat enjotannya.
"Pak, gak tahan lagi pak, Dina
nyampe pak, aakh", jeritku saking
nikmatnya.
Kakiku kembali kulingkarkan di
pinggangnya sehingga kontolnya
nancep dalam sekali di nonokku.
Nonokku otomatis mengejang-
ngejang ketika aku nyampe sehingga
bendungan pejunya bobol juga.
"Akh Din, aku ngecret Din, akh", dia
mengerang sambil mengecretkan
pejunya beberapa kali di nonokku.
Dengan nafas yang terengah-engah
dan badan penuh dengan keringat,
aku dipeluknya sementara kontolnya
masih tetep nancep di nonokku. Aku
menikmati enaknya nyampe. Setelah
gak ngos-ngosan, dia mencabut
kontolnya dari nonokku. Kontolnya
berlumuran lendir nonokku dan
pejunya sendiri. Dia berbaring
disebelahku.
"Din, akhirnya aku kesampean juga
ngentotin kamu. Sejak pertama
ngeliat kamu aku dah napsu banget
ma kamu. Kamu nikmat banget deh
kalo dientot. Kamu yang paling
nikmat dari semua perempuan muda
yang pernah aku entot", katanya
sambil mengelus-elus pipiku.
"Mandi yuk" ajaknya.
"Kan dah kringeten", ketika melihat
ekspresiku yang menanyakan apa
gunanya mandi.
Kami bercanda-canda di kamar
mandi seperti anak kecil saling
menggosok dan berebutan sabun, dia
kemudian menarik tubuhku merapat
ke tubuhnya. Aku duduk
dipangkuannya dan tangannya
mengusap-usap pahaku.
"Kamu cantik sekali, Din", rayunya.
Tangannya pindah ke bukit nonokku
mempermainkan jembutku yang
lebat. Dia bisa melakukan itu karena
aku mengangkangkan pahaku.
Tangannya terus menjalar ke atas
ke pinggangku.
"Geli pak", kataku ketika tangannya
menggelitiki pinggangku.
Aku menggeliat-geliat jadinya.
Segera tangannya meremes-remes
toketku.
"Toket kamu besar ya Din, kenceng
lagi", katanya.
"Bapak suka kan", jawabku.
"Ya Din, aku suka sekali setiap inci
dari tubuhmu", jawabnya sambil
terus meremes-remes toketku.
Dia kemudian mencium bibirku.
Akhirnya usailah kemesraan di
kamar mandi. Kami saling
mengeringkan badan, dan kembali
keranjang.
Kontolnya yang belum aku apa-apain
sudah ngaceng berat.
"Pak, napsu bapak besar sekali, baru
saja ngecret di nonok Dina bapak
sudah ngaceng lagi", kataku sambil
mengocok kontolnya.
"Abis kamu napsuin sekali Din, gak
puas aku cuma sekali ngentotin
kamu".
Aku menjatuhkan dirinya dipelukan
dadanya yang bidang. Segera dia
mengecup bibirku, beralih ke leherku
dan kemudian turun ke toketku.
Toketku diremes-remesnya, aku
terengah, napsuku berkobar lagi.
Pentilku diemutnya. Tangan satunya
menjalar kebawah menerobos
lebatnya jembutku dan mengilik-ilik
itilku.
"Aakh pak, pinter banget
ngerangsang Dina", erangku.
Aku mengangkangkan pahaku supaya
kilikannya di itilku makin terasa.
Kilikan di itilku membuat aku kembali
liar. Tanganku mencari kontolnya,
kuremes dan kepalanya kukocok-
kocok. Aku bangkit dari pelukannya,
kontolnya yang tegak berdiri dengan
kerasnya. Kontolnya kujilati.
Pertama cuma kepalanya aku
masukkan ke mulutku dan kuemut-
emut. Dia meraih pantatku dan
menarik aku menelungkup diatasnya.
Dia mulai menjilati nonokku, aku
menggelinjang setiap kali dia
mengecup bibir nonokku. Dengan
kedua tangannya, dia membuka
nonokku pelan-pelan, terasa lidahnya
menjulur menjilati bagian dalam bibir
nonokku. Aku melepaskan emutanku
di kontolnya dan mengerang hebat.
"Pak aakh". pantatku menggelinjang
sehingga mulutnya melekat erat di
nonokku.
"Terus pak aakh", erangku lagi,
kemudian terasa itilku yang menjadi
sasaran berikutnya, aku makin
mengerang keenakan.
Nonokku makin kebanjiran lendir
yang terus merembes, soalnya aku
udah napsu banget. Cukup lama dia
mengemut itilku dan akhirnya.
"Pak, Dina nyampe pak, aakh",
erangku.
"Pak nikmat banget deh, belum
dientot udah nikmat begini".
Aku memutar badanku kesamping
dan berbaring disebelahnya. Dia
bangun dan mencium bibirku. Dia
mengambil soft drink dari lemari es
dan diberikannya kepadaku. Aku
minum sedikit untuk meredakan
napasku yang ngos-ngosan. Kemudian
aku dinaikinya, ditancapkannya
kontolnya ke nonokku dan
didorongnya masuk pelan-pelan.
"Pak, enak, dimasukin semuanya pak,
teken lagi pak, akh", erangku
merasakan nikmatnya kontolnya
nancep lagi di nonokku.
Dia mengenjotkan keluar masuk,
ketika kontolnya sudah nancep kira-
kira separonya, dia menggentakkan
pantatnya kebawah sehingga
langsung aja kontolnya ambles
semuanya di nonokku.
"Pak, aakh", erangku penuh nikmat.
Dia mengenjotkan kontolnya keluar
masuk makin cepet, sambil menciumi
bibirku sampe akhirnya.
"Pak, Dina nyampe pak, ooh", aku
mengejang-ngejang saking
nikmatnya.
Nonokku otomatis ikut mengejang-
ngejang. Dia meringis-ringis
keenakan karena kontolnya diremes-
remes nonokku dengan keras, tapi
dia masih perkasa. Kemudian dia
mencabut kontolnya dan minta aku
nungging. Dia menciumi kedua
bongkahan pantatku, dengan gemas
dia menjilati dan mengusapi
pantatku. Mulutnya terus
merambat ke selangkanganku. Aku
mendesis merasakan sensasi waktu
lidahnya menyapu naik dari nonokku
ke arah pantatku. Kedua jarinya
membuka bibir nonokku dan dia
menjulurkan lidahnya menjilati bagian
dalem nonokku. Aku makin mendesah
gak karuan, tubuhku menggelinjang.
Ditengah kenikmatan itu, dia dengan
cepat mengganti lidahnya dengan
kontolnya.
Aku menahan napas sambil menggigit
bibir ketika kontol besarnya kembali
nancep di nonokku.
"Pak", erangku ketika akhirnya
kontolnya ambles semuanya di
nonokku.
Dia mulai mengenjotkan kontolnya
keluar masuk, mula-mula pelan,
makin lama makin cepat dan keras.
Aku kembali mendesah-desah saking
enaknya. Toketku diremes-remesnya
dari belakang, tapi enjotan
kontolnya jalan terus.
Ditengah kenikmatan, dia mengganti
posisi lagi. Aku diajaknya keluar
kamar dan dia duduk di sofa di
kamar tamu dan aku duduk
dipangkuannya membelakanginya.
Kontolnya sudah nancep semuanya
lagi di nonokku. Aku semakin cepat
menaik turunkan badanku.
Tangannya gak bosen-bosennya
ngeremes toketku. Pentilku yang
sudah keras itu diplintir-plintirnya.
Gerakanku makin liar saja, aku
makin tak terkendali menggerakkan
badanku, kugerakkan badanku sekuat
tenaga sehingga kontolnya nancep
dalem banget.
"Pak, Dina dah mau nyampe lagi pak,
aduh pak, enak banget", erangku.
Tau aku udah mau nyampe, dia
mengangkat badanku dari
pangkuannya sehingga kontolnya
yang masih perkasa lepas dari
nonokku.
"Kok brenti pak", tanyaku protes.
Aku diselonjorkan lagi disofa,
pantatku ada dipinggiran sofa. Dia
berlutut di depanku sambil
memegang dan mengangkangkan
pahaku lebar-lebar, kembali
ditancepkannya kontolnya kedalam
nonokku. Dengan sekali enjot,
kontolnya sudah ambles semuanya.
Dia mulai mengenjotkan kontolnya
keluar masuk dengan cepat. Nonokku
mulai berkontraksi, mengejan,
meremes-remes kontolnya,
tandanya aku dah hampir nyampe.
Dia makin gencar mengenjotkan
kontolnya, da…
"Pak, Dina nyampe lagi pak, akh",
jeritku.
Dia pun merasakan remesan
nonokku karena nyampe. Enjotannya
makin cepat saja sehingga akhirnya…
"Din…" dia berteriak menyebut namaku
dan terasa pejunya ngecret dengan
derasnya di nonokku.
"Pak, nikmat banget ya", tanyaku.
Dia mencabut kontolnya dan
langsung menarikku menuju ke
kamar. Di ranjang kami terkapar
bersebelahan. Tak lama kemudian
aku terlelap karena lemes dan
nikmat.
Ketika terbangun hari dah sore.
"Din, kamu bilang ke orang rumah
kalo kamu nginep dirumah temen.
Jadi kita bisa asik sampe besok.
Mau ya".
Aku menggangguk dan nelpon ke
rumah dengan hpku memberitahu
kalo malem ini aku nginep dirumah
temen. Kami mandi bersama kembali,
kali ini bener-bener mandi karena
perut dah terasa laper. Selesai
mandi, kami Aerpakean. Aku
terpaksa memakai pakeanku yang
tadi lagi.
"Nanti kita beli baju ganti buat kamu
ya Din, bilang aja minjem ma temen
kamu kalo besok ditanya".
Aku diajaknya ke mal, dia
membelikan aku pakean untuk ganti
yang aku pake dari tadi pagi,
dalemannya juga dibelikan. Pakean
dan daleman baru langsung kupake
setelah dibayar. Gak enak pake
pakean dan daleman yang dari tadi
pagi udah aku pake. Pakean dan
daleman kotorku dimasukkan aja ke
tas pakean.
"Makasi ya pak, bapak baek banget
sih".
"Kan kamu juga dah kasi aku nikmat,
kita kudu berbagilah. Makan yuk".
Dia mengajakku ke satu resto, aku
ikut aja, dia yang pesan makanan
dan minuman. Santai sekali malem
ini, kami makan dengan santai
sembari guyon-guyon ngomongin
aktivitas yang baru kita lakuin tadi
dirumahnya.
"Bapak kuat banget sih maennya.
Kalo maen ma abege pada lemes ya
pak. Dina lemes banget deh".
"Tapi nikmat kan".
"Banget".
"Mau lagi kan".
"Ya maulah pak".
Selesai makan kami langsung pulang
lagi ke rumahnya.
Di kamar, dia berbaring diranjang
dan aku duduk disebelahnya. Pakaian
luar sudah kulepas sehingga aku
tinggal berbikini ria, daleman yang
aku beli tadi model bikini.
"Din, aku napsu sekali liat badan
kamu", katanya terus terang.
Langsung kulirik daerah kontolnya
dari balik celananya, kelihatannya
sudah mulai ngaceng karena
kelihatan ngegelembung. Dia
mengelus-elus punggungku, terus
tangannya pindah mengelus pahaku,
merayap keatas dan menggosok
nonokku dari luar CD bikiniku. Aku
mengangkangkan pahaku sehingga
jarinya menggosok-gosok belahan
nonokku, tetap dari luar cd.
"Ssh pak", erangku.
"Din, kau maukan ngentot lagi dengan
aku", tanyanya sambil tersenyum,
jarinya terus saja mengelus belahan
nonokku dari luar.
"Mau banget pak, belum pernah Dina
merasa senikmat ini dientot".
Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya
perlahan menjalar ke tengah. Aku
hanya dapat mencengkram sprei
ketika kurasakan lidahnya yang
tebal dan kasar itu menyusup ke
pinggir cd bikiniku yang disingkirkan
dengan jarinya lalu menyentuh bibir
nonokku. Bukan hanya bibir nonokku
yang dijilatinya, tapi lidahnya juga
masuk ke liang nonokku, rasanya
wuiihh.. gak karuan, geli-geli enak.
Tangannya yang terus mengelus
paha dan pantatku mempercepat
naiknya napsuku. Sesaat kemudian,
dia menarik lepas ikatan cd bikiniku.
Dia mendekap tubuhku dari belakang
dalam posisi berbaring menyamping.
Dengan lembut dia membelai
permukaannya yang ditumbuhi
jembut yang lebat. Sementara
tangan yang satunya mulai naik ke
toketku, darahku makin bergolak
ketika telapak tangannya yang
kasar itu menyusup ke balik bra
bikiniku kemudian meremas toketku
dengan gemasnya.
"Din, toket kamu besar dan keras.
Jembut kamu lebat sekali, pantas
napsu kamu besar" katanya dekat
telingaku sehingga deru nafasnya
serasa menggelitik.
Aku hanya terdiam dan meresapi
dalam-dalam elusan-elusan pada
daerah sensitifku. Dia makin getol,
jari-jarinya kini bukan hanya
mengelus nonokku tapi juga mulai
mengorek-ngoreknya, cup bra
bikiniku yang sebelah kanan
diturunkannya sehingga dia dapat
melihat jelas toketku dengan pentil
yang sudah mengeras. Aku
merasakan kontol keras di balik
celananya yang digesek-gesek pada
pantatku. Dia sangat bernafsu
melihat toketku yang montok itu,
tangannya meremas-remas dan
terkadang memilin-milin pentilnya.
Remasannya semakin kasar dan
mulai meraih yang kiri setelah dia
pelorotkan cup-nya. Ketika dia
menciumi leherku, terasa olehku
nafasnya juga sudah memburu, bulu
kudukku merinding waktu lidahnya
menyapu kulit leherku disertai
kecupan. Aku hanya bisa
meresponnya dengan mendesah dan
merintih, bahkan menjerit pendek
waktu remasannya pada toketku
mengencang atau jarinya mengebor
nonokku lebih dalam. Kecupannya
bergerak naik menuju mulutku
meninggalkan jejak berupa air liur
dan bekas gigitan di permukaan
kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya
bertemu dengan bibirku menyumbat
eranganku, dia menciumiku dengan
gemas. Dia bergerak lebih cepat dan
melumat bibirku. Mulutku mulai
terbuka membiarkan lidahnya masuk,
dia menyapu langit-langit mulutku
dan menggelitik lidahku dengan
lidahnya sehingga lidahku pun turut
beradu dengannya. Kami larut dalam
birahi, aku memainkan lidahku di
dalam mulutnya.
Setelah puas berciuman, dia
melepaskan dekapannya dan melepas
seluruh pakaiannya. Maka
menyembullah kontolnya yang sudah
ngaceng dari tadi. Aku masih takjub
pada kontol yang begitu besar dan
berurat. Terbayang besarnya
kenikmatan yang akan aku dapatkan
kembali kalo kontol extra besar itu
keluar masuk di nonokku. Akupun
pelan-pelan meraih kontolnya,
tanganku tak muat
menggenggamnya, sungguh fantastis
ukurannya.
"Ayo Din, emutin kontolku" katanya.
Kubimbing kontol dalam genggamanku
ke mulutku, uuhh.. susah sekali
memasukkannya karena ukurannya.
Terasa asin waktu lidahku
menyentuh kepalanya, namun aku
terus memasukkan lebih dalam ke
mulutku lalu mulai memaju-
mundurkan kepalaku. Selain
mengemut tanganku turut aktif
mengocok ataupun memijati biji
pelirnya.
"Uaahh.. ennakk banget, kamu udah
pengalaman yah" ceracaunya
menikmati emutanku, sementara
tangannya yang bercokol di toketku
sedang asyik memelintir dan
memencet pentilku.
Tangan kanannya tetap saja
mempermainkan nonok dan itilku.
Aku menggelinjang gak karuan, tapi
kontolnya tetap saja aku emut. Aku
hanya bisa melenguh tidak jelas
karena mulutku penuh dengan
kontolnya yang besar.
"Din, kita mulai aja ya. Aku udah gak
tahan nih pengen menikmati lagi
nonok kamu", katanya.
Dia menelentangkanku, ikatan braku
dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia
mengambil posisi ditengah
kangkanganku, kontolnya yang besar
dan keras diarahkannya ke nonokku
yang sudah makin basah. Aku
menggeliat-geliat ketika kurasakan
betapa besarnya kontol yang
menerobos masuk nonokku pelan-
pelan. Nonokku berkontraksi
kemasukan kontol gede itu.
"Din, nonok kamu peret banget",
katanya sambil terus menekan
masuk kontolnya pelan-pelan.
"Abis kontol bapak besar sekali.
Nonok Dina belum pernah kemasukan
yang sebesar kontol bapak, masukin
terus pak, nikmaat banget deh
rasanya", jawabku sambil terus
menggeliat.
Setengah kontolnya telah masuk.
Dan satu sentakan berikutnya,
seluruh kontolnya telah ada di
dalam nonokku. Aku hanya
memejamkan mata dan
menengadahkan muka saja karena
sedang mengalami kenikmatan tiada
tara. Dia mulai mengenjotkan
kontolnya keluar masuk dengan
pelan, makin lama makin cepat
karena enjotannya makin lancar.
Terasa nonokku mengencang
meremas kontolnya yang nikmat
banget itu. Tangannya mulai
bergerilya ke arah toketku. Toketku
diremas perlahan, seirama dengan
enjotan kontolnya di nonokku. Aku
hanya menoleh ke kanan dan ke kiri,
pinggulku mengikuti goyangan
pinggulnya. Kontolnya terus saja
dikeluar masukkan mengisi seluruh
relung nonokku. Sambil mengenjotkan
kontolnya, dia mengemut pentilku
yang keras dengan lembut.
Dimainkannya pentil kanan dengan
lidahnya, namun seluruh permukaan
bibirnya membentuk huruf O dan
melekat di toketku. Ini semua
membuat aku mendesah lepas, tak
tertahan lagi. Dia mulai
mempercepat enjotannya. Aku makin
sering menegang, dan merintih,
"Ah… ah…"
Dalam enjotannya yang begitu cepat
dan intens, aku menjambak
rambutnya,
"Aaahhh pak, Dina nyampee," lenguhan
panjang dan dalam keluar dari
mulutku.
Aku udah nyampe. Tanganku yang
menjambak rambutnya itu pun
terkulai lemas di pundaknya.
Dia makin intens mengenjotkan
kontolnya. Bibirku yang tak bisa
menutup karena menahan
kenikmatan itu pun dilumatnya, dan
aku membalasnya dengan lumatan
juga. Kami saling berpagut mesra
sambil bergoyang. Tangan kanannya
tetap berada ditoketku, meremas-
remas, dan sesekali mempermainkan
pentilku. Terasa nonokku
mencengkeram kontol gedenya.
"Uhhh," dia mengejang.
Satu pelukan erat, dan sentakan
keras, kontolnya menghujam keras
ke dalam nonokku, mengiringi
muncratnya pejunya. Tepat saat itu
juga aku memeluknya erat sekali,
mengejang, dan menjerit,
"Aahhh".
Kemudian pelukanku melemas. Aku
nyampe untuk kedua kalinya, namun
kali ini berbarengan dengan
ngecretnya pejunya.
Setelah dengusan napas mereda, dia
mencabut kontolnya dari nonokku
dan terkapar disebelahku.
"Pak, kontol bapak lemes aja udah
gede, gak heran kalo ngaceng jadi
gede banget. Bener kata temen
Dina, makin gede kontol yang masuk,
makin nikmat rasanya", kataku.
"Memangnya kontol cowok kamu
kecil ya Din", tanyanya.
"Ya kecil lah kalo dibandingkan dengan
kontol bapak, ukurannya extra larga
ya pak".
"Iya Din, aku sering ngentot dengan
perempuan lain, tapi dengan kamu
yang paling nikmat. Nonok kamu
kenceng sekali njepit kontolku dan
empotannya luar biasa", katanya
memuji.
Aku cuma tersenyum,
"Mo lagi ya pak".
"Iyalah, aku sih gak bakalan puas deh
ngentotin kamu Din ".
Dia langsung mulai lagi, luar biasa
staminanya, kontolnya dah mulai
ngaceng lagi. Tangannya mulai
meremas-remas pantatku.
Kemudian, dia mengangkat satu
kakiku dan menahannya selagi
tangan satunya meraih nonokku.
"Ohh.. pak," rintihku.
Kurasakan napsuku mulai naik.
Jarinya dengan lincah menggosok-
gosok lupak nonokku yang mulai
basah. Nafasku juga mulai cepat dan
berat. Ia membuka cdku dan
membuka lebar-lebar pahaku
sehingga nonokku terpampang lebar
untuk dijelajahi oleh tangannya.
Dengan sigap tangannya kembali
meraih nonokku dan meremasnya.
Dia menjilati telingaku ketika
tangannya mulai bermain diitilku.
Napsuku sudah tak tertahankan lagi.
Aku mulai mendesah-desah tak
keruan. Jilatan maut di telingaku
menambah nafsuku. Dia terus
menekan-nekan itilku dari atas ke
bawah. aku meracau tak karuan.
"Ahh.. Shh.. pak" desahku bernafsu.
Jarinya dengan lihai menggosok-
gosok dan menekan itilku dengan
berirama. Rasanya bagaikan
melayang dan desahanku berubah
menjadi rintihan kenikmatan. Tak
sampai 15 menit kemudian, aku
nyampe.
"Pak, nikmat banget, belum dientot
saja sudah nikmat," desahku,
tanganku meremas tangannya yang
sedang bermain di itilku dengan
bernafsu.
Di luar perkiraanku, dia malah
memperkeras dan mempercepat
gerakannya. Dia merentangkan kedua
pahaku.
Kurasakan jilatan lidah di bibir
nonokku, rasa menggelitik yang luar
biasa menyerang tubuhku. Jilatan
itu menjalar ke itilku, kurasakan
gigitan lembut di itilku yang kian
merangsang napsuku. Aku melenguh
keras disertai jeritan-jeritan
kenikmatan yang seakan menyuruh
dia untuk terus dan tak berhenti.
Melihat reaksiku, dia terus
menggesekan jarinya di liang
nonokku yang sudah membanjir. Tak
kuasa menahan nikmat, aku pun
mendesah keras terus-menerus.
Aku meracau tidak beraturan.
Kemudian kurasakan sensasi yang
luar biasa nikmatnya tak lama
kemudian. Nonokku mengeluarkan
cairan deras bening, aku nyampe
untuk kedua kalinya.
"Pak, ooh", lenguhku.
Dia meremas toketku dengan
sangat keras. Aku melenguh sakit,
kemudian pentilku yang menjadi
sasaran berikutnya, dipilin dan
dicubitnya pelan. Napsuku kembali
berkobar, nonokku kembali
membasah,
"Pak, entotin Dina sekarang, Dina
udah napsu banget pak", erangku.
Kontol besarnya sudah ngaceng
berat mengangguk-angguk.
Dia menggesekkan kepala kontolnya
ke bibir nonokku yang sudah basah.
Aku merasakan sensasi lebih
daripada jilatan lidahnya di nonokku
sebelumnya hingga kutanggapi
sensasi luar biasa itu dengan
rintihan keras kenikmatan.
"Ahh! pak.. Ohh.. entotin Dina" racauku.
Dengan perlahan ia memasukkan
kepala kontol ke dalam nonokku,
segera dia menyodok-nyodok
kontolnya dengan kuat dan keras di
nonokku. Rasanya nikmat sekali. Dia
mendesah terus-menerus memuji
kerapatan dan betapa enaknya
nonokku. Kontolnya yang panjang dan
besar terasa menyodok bagian
terdalam nonokku hingga
membuatku nyampe lagi.
"Pak, Dina nyampe pak, aakh
nikmatnya", erangku.
Kemudian dia membalikkan badanku
yang telah lemas dan menusukkan
kontolnya ke dalam nonokku dari
belakang. Posisi doggie ini lebih
nikmat karena terasa lebih
menggosok dinding nonokku yang
masih sensitif.
"Oh Din.. nonokmu bagaikan sorga, "
Akhirnya setelah menggenjotku
selama setengah jam, dia ngecret
didalam nonokku. Pejunya terasa
dengan kuat menyemprot dinding
nonokku. Dia melenguh nikmat dan
badannya mengejang-ngejang.
Tangannya dengan kuat meremas
toketku dan menarik-narik pentilku.
Setelah reda, dia berbaring di
sebelahku dan menjilati pentilku.
Pentilku disedot-sedot dan
digerogotinya dengan gemas.
Tampaknya dia ingin membuatku
nyampe lagi. Tangannya kembali
menjelajahi nonokku, namun kali ini
jarinya masuk ke dalam nonokku. Dia
menekan-nekan dinding nonokku.
Ketika sampai pada suatu titik,
badanku mengejang nikmat dan dia
tampaknya senang sekali hingga
jarinya kembali menggosok-gosok
daerah rawan itu dan menekannya
terus menerus.
Wow! Rasanya ajaib sekali!
Nikmatnya tak tertahankan. G-Spot
ku. Aku tidak bertahan lama dan
akhirnya nyampe lagi untuk kesekian
kalinya. Badanku mengejang dan
nonokku kembali berlendir.
"Pak nikmat banget deh malem ini",
kataku.
Pinter banget dia merangsang aku
dan membuat aku nyampe, baik
pake kontolnya maupun pake jarinya.
Segera akupun tertidur kelelahan.
Ketika aku terbangun hari udah
siang, dia masih saja mendengkur
disampingku. Aku bangun ke kamar
mandi untuk kencing, cuci muka dan
sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang
dia masih saja mendengkur. Aku
ngintip dibalik korden kamar,
matahari udah tinggi juga. Aku
melihat jam tanganku, udah jam 8
lewat. Korden kusibakkan, dia
terpakun karena silau, matanya
dipicingkan untuk mengurangi
silaunya sinar yang masuk kamar.
Kulihat kontolnya sudah tegak lagi
seperti tiang bendera. Dia ke kamar
mandi, terdengar kloset berbunyi,
rupanya dia kencing. Gak lama lagi
terdengar dia menyikat gigi. Ketika
dia kembali ke kamar, aku udah
berbaring di ranjang lagi menantikan
serangan pagi. Aku melihat kontol
besarnya masih aja ngaceng dengan
kerasnya walaupun dia udah kencing.
Dia duduk disampingku dan mencium
bibirku.
"Pagi Din, kita main lagi yo", ajaknya.
Kembali dia menciumku, aku
menyambut ciumannya dengan napsu
juga, bukan cuma bibir yang main,
lidah dan ludah pun saling belit dan
campur baur dengan liarnya. Sebelah
kakiku ngelingker di pinggulnya
supaya lebih mepet lagi. Tangannya
mulai main, menjalari pahaku.
Tangannya terus menjalar sampai
menyentuh celah di pangkal pahaku.
Nonokku digelitik-gelitik. Aku
menggelepar merasakan jari-jarinya
yang nakal. Bibir kulepas dari
bibirnya.
"Hmmhhh… enak, pak." jeritku.
Jari-jarinya tambah nakal, menusuk
lupak nonokku yang sudah berlendir
dan mengocoknya. Aku tambah
menjerit-jerit.
"Pak… hhh… masukkin kontol bapak, Dina
udah nggak tahan.. hhhh… hhh…"
Dia segera memposisikan diatasku
yang sudah telentang mengangkang.
Kontolnya ditancapkan ke nonokku,
aku melenguh keenakan.
"Pak, kontol bapak nikmat banget
deh".
Kontolnya didorongnya lagi sampai
mentok.
"Pak.. oohhh.. nikmatnya" jeritku.
Kontolnya dikocok keluar masuk
nonokku. Aku mulai mengejang-
ngejang lagi dan bibirku tak henti-
hentinya menyuarakan kenikmatan.
Kurang lebih dua puluh menitan
akhirnya dia ngecret.
Ugh, rasanya enak bener…! Pejunya
berhamburan keluar, bermuncratan
dan menembak-nembak di dalam
nonokku. Aku sendiri sudah beberapa
kali nyampe sampe nonokku
mengejang-ngejang keenakan. Lendir
dari nonokku membanjir… meleber di
paha, betis dan pantatku. Aku
menggeletak lemas. Aku dan dia
sama-sama mandi keringat.
Nafasnya terengah-engah tak
beraturan. Dalam nada tersengal-
sengal sekarang aku yang minta
lagi.
"Dina masih kepengen sekali lagi…".
Dia merebahkan badannya di
sampingku. Dia kembali menciumku.
Aku ladenin ciumannya. Dia menindih
badanku sambil menciumku. Lidah
ketemu lidah, membelit, dan saling
menjilat. Aku menggumam-gumam
kenikmatan, sambil berciuman dia
menggoyang-goyang pinggulnya
sampai kontolnya yang telah
ngaceng lagi terasa kena di
nonokku. Bosen ciuman, bibir dan
lidahnya menjalar ke kuping leher
bahu, ketiak, terus ke toketku. Dia
gemes banget ngeliat pentilku yang
kecoklat-coklatan dan mencuat ke
atas itu. Dia menjilat pentilku
dengan rakus sampai aku ngerasa
geli. Pentil sebelah kanan digigitnya
dengan lembut, lidahnya menggelitik
pentilku di sela-sela gigi depannya,
sementara toket sebelah kiriku di
remas-remas. Tubuhku
menggelinjang karena geli dan
nikmat. Setelah beberapa saat di
permainkan, toketku terasa
mengeras dan pentilnya tegak.
Lendir nonokku mengalir dan terasa
basah di perutku.
"Pak, gantian Dina yang ngemut
kontol bapak ya", kataku sambil
menelentangkan badannya diranjang.
Aku mulai beraksi. Kupegang
kontolnya dengan kelima jariku.
Kukocok-kocok batangnya perlahan.
Dia menggumam pelan.
"Enak Din, terus.."
Lidahku mulai merambat ke kepala
kontolnya, kujilati cairan yang mulai
muncul di lubang kencingnya. Lalu
lidahku menggeser ke batangnya,
menjelajahi tiap jenjang kontolnya.
Tangan kiriku mengelus-ngelus biji
pelernya.
"Din…" gumamnya pelan.
"Enak banget, geli-geli nikmat".
Aku hanya tersenyum ngeliat dia
merem-melek kayak gitu. Terus aku
membuka mulutku dan menjejalkan
kontolnya masuk ke dalam mulutku.
Kontolnya kuisep kenceng-kenceng,
lalu dengan mulut kukocok kontolnya
turun naik turun naik.
"Uuuuuggggghhhh… sedap enak…
mmmmhhhh…", erangnya.
Aku lalu merubah posisiku untuk
melakukan 69. Aku di atasnya dan
menyorongkan pantatku ke
mukanya. Dia nggak nunggu dua kali,
langsung aja dia menjilati nonokku
yang berlendir dan merekah merah
itu. Bibirnya menyedot lubang
nonokku, menghisap lendirnya.
Lidahnya dimasukin ke dalam lubang
nonokku, menjilati dinding-dinding
basah, sementara jarinya
mempermainkan itilku. Aku
mengerang-ngerang dengan
kontolnya di mulutku, menyuarakan
kenikmatan. Lendir dari nonokku
membanjir membasahi mukanya. Aku
melepaskan kontolnya dari mulutku
dan meminta dia menyodok aku dari
belakang.
Waktu kontolnya masuk, aku hanya
merintih pelan. Kontolnya dienjotkan
keluar masuk dengan kencang, aku
hanya bisa mengejang-ngejang
menahan nikmat. Tangannya ikut
nimbrung merangsang itilku. Kocokan
kontol di nonokku dan kilikan jarinya
di itilku membuat aku mengerang
dan menjerit-jerit kenikmatan.
Sudah dua kali nonokku berkontraksi
karena aku nyampe, tapi dia terus
mengocok kontolnya keluar masuk
sampai aku lemes. Cairan nonokku
membecek, meleleh turun ke paha.
Setelah aku nyampe yang ke empat
kali di ronde ke dua itu, dia
akhirnya ngecret lagi.
"Pak, nikmat banget pagi ini, lebih
nikmat dari semalem, aku sampe
berkali-kali nyampe baru bapak
ngecret", lenguhku lemes.
Dia mencabut kontolnya dari
nonokku. Kemudian dia menyiapkan
sarapan untuk kami berdua, setelah
itu kami mandi, dan aku dianternya
pulang.
"Terima kasih untuk malam yang
indah bersamamu. Kapan-kapan kita
bisa mengulangi kenikmatan ini".
Dia menciumku, lama sekali.

mustofa satrio 26 Feb, 2011


--
Source: http://mustofaxxxzone.blogspot.com/2011/02/gelora-terpendam-dalam-jiwa.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

UNLIMITED DOWNLOAD 3GP BOKEP TERBARU CLICK DISINI......

NO HP CEWEK2 PANGGILAN GILA SEXS CLICK DISINI......

ALAMAT FACEBOOK< TWUITER, dan No HP CEWEK2 (AYAM KAMPUS) INDO CLICK DISINI......